Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Amankan Teroris dalam 22 Menit

AT/M-3
22/7/2018 00:40
Amankan Teroris dalam 22 Menit
(DOK. FILM 22 MENIT)

LEDAKAN bom di sebuah kafe membuat warga panik. Sebagian menjauhi sumber ledakan, sebagian mendekat untuk mencari tahu penyebab ledakan.

Kepanikan belum reda, sebuah ledakan di kantor pos polisi terdengar. Disusul baku tembak antarpolisi dan teroris yang membuat warga panik.

Potongan adegan film 22 Menit itu mengingatkan kita pada tragedi bom bunuh diri di bilangan Thamrin, Jakarta, 14 Juni 2016. Akibat serangan itu 7 orang tewas, 4 di antaranya teroris.

Peristiwa itu diakui Eugene Panji dan Myrna Paramita menginspirasi lahirnya film ini. Meski begitu tetap ada bumbu aksi dan drama yang menarik. Nama-nama karakter dalam film pun sengaja tidak sama dengan nama-nama korban dan polisi yang terlibat dalam bom kejadian.

Berbagai sudut pandang akan peristiwa itu ditangkap sang sutradara, antara lain dari polisi pemburu teroris bernama Ardi (Ario Bayu), polisi lalu lintas bernama Firman (Ade Firman Hakim), office boy bernama Anas (Ence Bagus), korban yang kena tilang dan dibawa ke pos polisi bernama Dessy (Ardina Rasti), dan korban yang berada di kafe bernama Mitha (Hana Malasan). Alhasil, walau film berjudul 22 Menit, durasi film ini cukup panjang, yaitu 71 menit.

Penceritaan dengan banyak sudut pandang ini mengingatkan kita pada film Vantage Point (2008). Pengambilan banyak sudut pandang membuat penonton bisa merasakan lebih banyak emosi dari film yang masuk dalam klasifikasi 13+ ini. Dari beratnya tugas polisi, sosok polisi yang cinta keluarga, pesuruh kantor yang menjadi tulang punggung keluarga, hingga masyarakat yang sibuk beraktivitas sehari-hari di sekitar Jalan Thamrin.

Dengan dilabeli sebagai film yang terinspirasi dari peristiwa Bom Thamrin, tentu penonton akan membanding-bandingkan dengan peristiwa yang sebenarnya dan akan menemukan perbedaan-perbedaan. Meski ada perbedaan, film ini digarap sangat serius dengan melibatkan banyak pihak, dari kepolisian hingga warga Jakarta yang harus bersabar karena penutupan Jalan Thamrin selama proses pengambilan gambar. Ario Bayu sebagai aktor utama pun harus menjalani latihan khusus di Markas Densus 88 untuk belajar cara memegang senjata, menembak, hingga strategi penyergapan.

Judul film ini merujuk pada keberhasilan polisi mengatasi aksi teroris dalam 22 menit. Film ini pun menampilkan sejumlah pejabat kepolisian, seperti Tito Karnavian dan Krishna Murti.

Selaku sutradara Eugene Panji menjelaskan film ini murni soal kemanusiaan. "Humanisme sangat penting bagi saya. Film ini bukan tentang politik, agama, ataupun kultur, tetapi poinnya tentang humanisme," kata dia.

Lexy Mere selaku produser mengatakan film ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran untuk bangsa Indonesia agar waspada dan bahu-membahu meredamkan jaringan terorisme. "Kita berharap film ini bisa menjadi pembelajaran soal antiterorisme di Indonesia. "Kita sebagai warga sipil juga bisa punya andil untuk membantu tugas mereka dengan cara waspada dan senantiasa berani melapor," pungkas dia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya