Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Arto Soebiantoro Hidupkan kembali Si Unyil

Retno Hemawati
13/3/2018 05:01
Arto Soebiantoro Hidupkan kembali Si Unyil
(MI/Adam Dwi)

MENTOR Big Circle Metro TV sekaligus pegiat brand lokal di Indonesia, Arto Soebiantoro, 44, tengah sibuk dengan Si Unyil kerja sama dengan Perum Produksi Film Negara, Badan Ekonomi Kreatif, dan banyak pihak lain. Si Unyil yang dulu merupakan sebuah serial televisi dalam bentuk boneka bergerak, kini akan dibuat animasi.

"Membuat Si Unyil versi boneka, ternyata juga tidak murah, dimainkan secara langsung, tangan pemain harus menjulur ke atas, berat pula. Sehingga diputuskan utuk dibuat animasi, kami inginnya face to face dengan Upin Ipin," katanya saat dihubungi Media Indonesia, pekan lalu.

Meski demikian, dia tidak menampik, Si Unyil tetap punya banyak medium dan tidak terbatas hanya animasi sehingga bisa jadi buku bergambar, drama musikal, atau bahkan teater boneka lagi.

Dia juga berpendapat, penting Si Unyil ditayangkan kembali untuk anak-anak karena mengajarkan banyak nilai positif. "Setidaknya 600 episode selama 13 tahun itu banyak bercerita tentang keberagaman, kebangsaan, nasionalisme, juga kerukunan. Itu bisa jadi refleksi kehidupan berbangsa juga," ucap puta bungsu pasangan Kris Biantoro dan Maria Nguyen Kim Dung itu.

Selain itu, menurutnya, anak-anak dari generasi saat ini perlu sosok atau tokoh audio visual lokal. "Anak-anak memang belajar dari orangtua, tapi produk audio visual sangat jarang, sementara kita punya intellectual properties yang mati suri, masih bisa dikembangkan, dan juga sangat relevan."

Ada karakter-karakter yang hilang dalam Si Unyil yang kekinian. Arto menerangkan, tokoh Pak Raden yang diperankan Suyadi sudah tidak ada karena memang sudah meninggal dunia. Sementara itu, karakter Pak Ogah yang dulu terkenal suka meminta-minta kemudian diubah. "Diubah dari sosok yang berkarakter pemalas jadi sosok yang lugu atau polos. Kemudian, akan ada tambahan Magdalena, gadis kecil dari Indonesia Timur."

Banyak alasan mengapa harus digital, di antaranya menurut Arto ialah ketersediaan sumber daya manusia Indonesia yang berdaya di bidang ini. Banyak talenta bagus yang justru ditampung negara lain karena negara tersebut mampu membuat konsep film-film animasi dan menciptakan lapangan kerja.

Arto bertugas membuat brand Si Unyil menjadi lebih dikenal di masyarakat. "Selain itu juga memikirkan dan membantu memonetisasi dari bisnis modelnya termasuk di dalamnya bertemu dengan calon investor, melakukan lobi-lobi. Prosesnya sangat panjang dan kami semua berupaya mencari titik temu kepentingan masing-masing entitas," jelasnya.

Tumbuh bersama

Arto pun bercerita dirinya tumbuh bersama dengan film boneka di masa 1981 hingga 1993. "Dulu kalau Minggu ya menunggu ditayangkan. Saya suka dengan cerita-ceritanya. Apa yang tersaji kan cerminan kehidupan sehari-hari," katanya.

Dia menambahkan, bahkan cerita tentang ketegangan yang seram juga ala anak-anak semisal hantu-hantuan. "Padahal ternyata bukan hantu, tapi Pak Ogah. Ya saat itu Si Unyil kan memang hiburan buat anak-anak," kisah dia.

(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya