Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
BANYAKNYA konten negatif di media sosial seperti hoaks, ujaran kebencian, terorisme, dan pornografi mengundang keprihatinan banyak kalangan. Tidak terkecuali penyanyi Indonesia Hermann Josis Mokalu, 47, yang berusaha mengajak lebih banyak anak muda untuk menjadi pembuat konten positif di media sosial. Untuk itu, Yosi, begitu dia disapa, mengadakan workshop dan seminar di 10 kota di Indonesia bersama Cameo dan Youtube untuk memperkenalkan konten-konten positif sekaligus mengajarkan cara membuatnya kepada murid sekolah.
Itu ia dilakukan sebagai gerakan literasi digital di kalangan pelajar. "Kalau kita punya sesuatu yang bisa kita ajarkan, merasa berguna. Saya berharap bukan sekadar membuat banyak konten positif, melainkan lebih banyak lagi pembuat konten positif. Bukan kontennya yang kita incar, melainkan lebih ke orangnya," ujar personel grup musik Project Pop itu ketika ditemui di Jakarta, Jumat (8/12). Ia mengungkapkan, bila dilihat dari animo, para murid sekolah yang diajari membuat konten positif di media sosial sangat antusias dan tertarik membahasnya.
Oleh karena itu, ia menilai generasi muda saat ini memiliki perhatian yang besar pada digital. Ia percaya semakin banyak orang yang membuat konten positif dapat mengonter banyaknya konten negatif di media sosial saat ini. "Ini akan jadi satu hal yang positif jika terus-menerus dilakukan. Semoga enggak berhenti di tahun ini saja. Kita harus optimistis," tegasnya. Laki-laki kelahiran Jakarta, 27 November 1970 itu lebih jauh menuturkan banyaknya orang menyebarluaskan hoaks (informasi tidak benar) di media sosial karena dipicu rasa khawatir sehingga informasi tersebut disebarkan lebih dulu tanpa mengecek kebenarannya.
"Hoaks memiliki daya tarik karena ada kekhawatiran sehingga tanpa memeriksa benar atau tidak informasi itu, langsung disebarluaskan. Namun, itu bisa dilawan dengan konten positif karena kita punya kreativitas," tuturnya. Lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, itu juga mengatakan saat ini banyak anak muda yang mahir membuat video dan konten digital. Oleh karena itu, ia ingin mendorong konten yang mereka buat tidak saja positif, tetapi juga memiliki nilai lebih.
Tidak menginspirasi
Ia mengakui untuk mencapai itu ia menghadapi tantangan karena umumnya pembuat konten hanya fokus untuk menarik banyak penonton, khususnya di kanal Youtube. "Yang hanya ingin mendapat lebih banyak subscriber mungkin karena egosentrisnya masih tinggi. Mereka hanya memikirkan konten apa yang ditonton orang banyak sehingga orisinalitasnya tidak menjadi prioritas. Sekarang banyak konten lucu, tapi bukan untuk inspirasi, melainkan lebih untuk menghibur," terang Yosi.
Meski demikian, ia menilai membuat konten agar dilihat banyak orang masih masuk kategori konten positif walaupun tidak ada nilai yang ingin dibagikan kepada masyarakat. Namun, yang ia inginkan ialah generasi muda lebih punya perhatian pada permasalahan bangsa, misalnya membuat konten positif untuk mengonter paham radikal dan terorisme yang merebak lewat media sosial belakangan ini. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved