Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Rieke Diah PitalokaSampaikan Hasil Riset kepada Masyarakat

Dhika Kusuma Winata [email protected]
25/10/2017 08:31
Rieke Diah PitalokaSampaikan Hasil Riset kepada Masyarakat
(ANTARA/HAFIDZ MUBARAK)

AKTIVIS sekaligus politikus PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka Intan Purnamasari, 43, kemarin, dinobatkan sebagai Duta Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2017 di sela-sela kegiatan Indonesia Science Expo (ISE) 2017, di Balai Kartini, Jakarta. Pesan kali pertama yang ia sampaikan terkait pengarusutamaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam pembangunan bangsa dan negara menjadi syarat mutlak jika Indonesia ingin terus maju. Pasalnya tidak ada satu negara maju di dunia ini yang tidak memanfaatkan iptek dalam mencapai kemajuan.

Menurutnya, penelitian dan pengembangan amat penting untuk menjadi landasan kebijakan pemerintah. Dengan riset, ucapnya, pembangunan bisa menjadi lebih terukur dan terarah. Ia juga berharap Indonesia bisa menjadi negara industri besar seperti negara-negara maju lainnya. "Kita harus bekerja sama mendorong lahirnya kebijakan berbasis sains agar riset dan iptek bisa membantu kita keluar dari keterbelakangan," tegasnya. Rieke mengatakan dirinya sangat mengapresiasi LIPI yang sudah menunjuknya sebagai Duta LIPI 2017. Dengan peran barunya itu, dirinya bakal mengemban misi untuk menyebarkan seluas-luasnya mengenai informasi dan hasil-hasil riset agar bisa diketahui publik umum dan para pemangku kebijakan.

"Saya siap untuk mengomunikasikan informasi ilmiah agar diketahui masyarakat luas sehingga mereka peduli pada riset dan iptek. Kita harus berjuang bersama untuk menempatkan riset jadi kebijakan hulu pemerintah," tutur istri filsuf Donny Gahral Adian itu. Dirinya menekankan lembaga-lembaga riset di Tanah Air seperti LIPI memiliki peran penting dalam mendorong kebijakan berbasis iptek. Karena itu, dirinya juga berharap LIPI bisa terus menghasilkan riset-riset yang bisa berkontribusi dalam pembangunan negara. "Butuh dukungan dari LIPI agar riset dan iptek tidak hanya dimaknai melalui penelitian, pameran, lomba ilmiah, tetapi hingga negara memakai riset untuk kebijakan pembangunan," ucapnya.

Warisan sejarah
Dirinya pun menyoroti warisan sejarah bangsa yang kaya akan nilai-nilai kebesaran bangsa perlu dihadirkan kembali khususnya kepada generasi muda. Ia memaparkan sejumlah kekayaan sejarah Tanah Air yang sudah diakui sebagai Memory of the World (MOW) oleh UNESCO, salah satunya arsip Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955. Menurutnya, ingatan kolektif bangsa dalam peristiwa bersejarah yang terjadi lebih dari setengah abad lalu itu penting untuk menggambarkan semangat kepemimpinan dan solidaritas Indonesia di level internasional.

"Menjadi sangat penting bagaimana ini kemudian memengaruhi keputusan-keputusan dan langkah kita sebagai bangsa. Kolektivitas dan gotong royong sangat dibutuhkan. Spirit para pendiri bangsa harus menjadi arus utama dalam pengambil keputusan. Kalau dulu kita bisa, sekarang harus lebih bisa," ungkapnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto menyatakan pihaknya menunjuk Rieke karena memiliki kepedulian tinggi terhadap riset dan informasi ilmiah. Dikatakan Bambang, selama ini Rieke fokus melakukan kajian dan peduli pada perlindungan kekayaan sejarah Indonesia. Bambang menambahkan, Rieke juga sangat aktif dalam memperjuangkan warisan sejarah Indonesia menjadi MOW UNESCO.

Rieke Diah Pitaloka merupakan lulusan S-1 di Jurusan Sastra Belanda Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan S-1 filsafat STF Driyarkara, Jakarta.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya