Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Lagu-Lagu Perjuangan masih Relevan

Dhika Kusuma Winata
18/8/2017 03:16
Lagu-Lagu Perjuangan masih Relevan
(MI/BARY FATHAHILAH)

MESKI Indonesia sudah berusia 72 tahun, persatuan antarsesama warga bangsa belum sepenuhnya terbentuk secara solid. Hal itulah yang menjadi kegelisahan musikus Addie MS belakangan ini. Menurut konduktor sekaligus pendiri Twilite Orchestra itu, kerukunan bangsa saat ini tengah berada di titik terendah sejak Reformasi 1998. Terbukti, masih banyak orang yang memandang perbedaan secara negatif. Dirinya mencontohkan perpecahan yang terjadi akibat isu terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) pada Pilkada DKI Jakarta lalu.

Addie khawatir perpecahan serupa akan terulang pada dua momen politik besar lain yang akan dihadapi bangsa ini. "Gara-gara Pilkada Jakarta saja kita bisa saling bermusuhan. Satu keluarga bisa renggang. Bagaimana nanti dengan Pilkada 2018. Bagaimana dengan dua tahun lagi ada pilpres," ungkapnya saat ditemui di sela-sela persiapan konser Twilite Orchestra Mimpi Anak Negeri, di Jakarta, Rabu (16/8). Karena itu, komponis berusia 57 tahun itu memandang lagu-lagu perjuangan nasional masih relevan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya persatuan bangsa dan negara. "Musik dan lagu perjuangan masih relevan untuk digemakan kembali, untuk mengingatkan akan perjuangan founding fathers yang memungkinkan kita bisa menikmati kemerdekaan," ungkapnya.

Dirinya berpendapat lagu-lagu perjuangan juga turut berkontribusi membangun semangat pemuda-pemudi yang dulu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. "Musik juga memberikan semangat saat para pejuang ke medan tempur. Dulu, unsur-unsur musik dilibatkan dalam perjuangan." ucapnya. Menurut Addie, musik dan lagu mempunyai keunggulan karena bisa menyuntik semangat. "Musik itu ajaib. Orang bisa memberi motivasi melalui pidato. Namun, di sisi lain musik tanpa kata-kata itu bisa memberikan gelora dan spirit. Semangat berani, kegagahan, dan rasa haru."

Tanggung jawab politik
Menurut suami dari penyanyi Memes itu, berprofesi sebagai musikus bukan berarti terlepas dari tanggung jawab politik sebagai warga negara. Dirinya memandang setiap warga negara memiliki tanggung jawab masing-masing sesuai kemampuan untuk berkontribusi bagi kebaikan bangsa. Karena itu, dirinya berpesan kepada para musikus dan seniman lain agar terus berkarya dengan memberikan pesan-pesan persatuan. "Saya suka dinasihati agar fokus di musik saja. Tapi buat saya, setiap warga harus perduli terhadap bangsa. Kalau ada yang baik, kita harus apresiasi. Tapi kalau ada yang menyimpang, kita harus bersuara," ujarnya.

Di sisi lain, dirinya menganggap musik orkestra bisa menjadi sarana bagi anak-anak untuk membangun karakter dan memandang perbedaan secara positif. Dalam musik orkestra, sambung Addie, anak-anak bisa mempelajari nada-nada yang berbeda, tapi bersatu dalam sebuah harmoni musik yang indah. "Musik simfoni punya sisi edukasi," ucapnya. Karena itulah Addie kerap berkunjung ke sekolah-sekolah dan kampus untuk mengenalkan musik simfoni. Dengan begitu, dirinya berharap bisa menanamkan nilai karakter dan kesenian. "Semoga kalau mereka menjadi pemimpin bisa perhatian ke pembangunan karakter." Dirinya juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak mudah menyebarkan isu-isu SARA dan provokasi perpecahan yang marak di media sosial. "Persatuan itu mahal harganya. Belajarlah menerima perbedaan," pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya