Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
SUARA musik karya komposer Wolfgang Amadeus Mozart, Eine Kliene Nacht, mengalun dari laptop Teguh Ostenrik. Sambil mendengarkan musik, seniman kelahiran 1950 itu menggambar beragam tokoh kartun yang terkenal pada era 70-an. Ia juga membuat beragam tulisan berbahasa Jerman.
Setelahnya, gambar-gambar itu diterapkan pada empat patahan Tembok Berlin. Tembok bersejarah setinggi 3,60 meter dan selebar 1,20 meter itu dulu berada di sekitaran Kreuzberg, Jerman. Teguh yang berkuliah hingga gelar master di Jerman dan kemudian menetap 16 tahun di negara tersebut membeli patahan tembok bersejarah itu dalam sebuah lelang.
Memimpikan potongan tembok tersebut menjadi karya seni yang bisa dinikmati dan menginspirasi publik, Teguh pun memboyong tembok itu ke Jakarta pada 1990. Dengan menunggu sekitar 26 tahun, Teguh akhirnya baru bisa mewujudkan keinginan setelah pengusaha dan pecinta seni Hadi Sunyoto mendanai pembuatan untuk pembuatan karya seni itu.
Menembus Batas, demikianlah Teguh memberi judul pada instalasi seninya. Selain empat patahan Tembok Berlin, instalasi itu dilengkapi dengan siluet 14 orang yang terbuat dari besi setebal 2,5 cm dan tinggi 200 cm. Mereka dibuat dalam berbagai macam posisi. Ada yang berlari, tiarap, tengkurap, dan merayap.
“Ini mengisahkan sebuah perjuangan meraih kemerdekaan,” tutur Teguh di tempat pembuatan instalasi itu di Studio Mejokayu di kawasan Pondok Petir, Depok. Harapan akan kondisi yang lebih baik tersebut juga ia maksudkan untuk bangsa ini.
Bagi Teguh, kisah sejarah Tembok Berlin itu pun dapat dikaitkan dengan perjuangan bangsa Indonesia membuka sekat-sekat perbedaan. Meski Indonesia sudah lama merdeka, nyatanya masih kerap terjadi sentimen dan konflik karena perbedaan suku dan agama. “Karya seni ini ditujukan untuk kita menghapuskan perbedaan yang tidak perlu karena kita Indonesia.” tambahnya.
Sesungguhnya, dalam proses pembuatan dan penyelesaian, instalasi seni itu pun sudah ikut memperlihatkan terhapusnya sekat perbedaan di masyarakat. Meski banyak orang menyuarakan konflik, nyatanya banyak juga masyarakat kita yang tetap menjunjung kebersamaan.
Hal itu, misalnya, terlihat seusai patung instalasi dibuat. Warga sekitar yang beragama muslim hadir dalam tumpengan turut mendoakan keselamatan dan persatuan negeri ini. Acara kemudian ditutup dengan doa dari Romo Thomas Aquino Rochadi.
Instalasi seni Menembus Batas ini menurut rencana akan dipasang sekitar Oktober di tempat yang diberikan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, yakni di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo, Jakarta Barat. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved