Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Dana Energi Masuk APBN-P 2016

Jay/Dro/E-2
27/12/2015 00:00
Dana Energi Masuk APBN-P 2016
Sudirman Said, Menteri Energi, Sumber Daya, dan Mineral(MI/SUSANTO)

PEMERINTAH akan mengonsultasikan kebijakan dana ketahanan energi (DKE) ke Komisi VII DPR pada masa persidangan Januari 2016.

Hal itu disampaikan Menteri Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM) Sudirman Said seperti dikutip dari situs kementeriannya, kemarin.

"Kita perlu mengatur secara khusus tata cara pemungutan dan pemanfaatan DKE, termasuk prioritas pemanfaatannya. Pada Januari 2016 nanti, kami akan mengonsultasikannya kepada Komisi VII DPR," ujarnya.

Menurut dia, DKE akan diusulkan masuk ke mata anggaran APBN-Perubahan 2016.

DKE akan disimpan di Kementerian Keuangan dengan otoritas penggunaan oleh Kementerian ESDM.

Secara internal, DKE akan diaudit Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan selanjutnya oleh BPK.

Dana DKE berasal dari penjualan BBM jenis premium dan solar.

Mulai 5 Januari besok, pemerintah akan menyisihkan Rp200 dari per liter premium dan Rp300 dari per liter solar untuk DKE.

DKE ditujukan untuk mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan, infrastruktur energi, dan insentif untuk eksplorasi. Kebijakan itu berlaku mulai 5 Januari esok.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai urgensi pembangunan prasarana tangki timbun menjadi prioritas pemerintah, apalagi dengan adanya tren harga minyak rendah yang dua pekan lalu bahkan turun di bawah US$35 per barel.

Jika pemerintah menyiapkan stok berlimpah saat harga murah, kemungkinan menaikkan harga BBM saat harga minyak dunia melonjak bisa dikurangi.

Namun, Indonesia belum memiliki privilese itu. Cadangan operasional BBM saat ini baru berkisar 20-23 hari.

Komaidi menaksir tren harga murah 'emas hitam' akan berlanjut pada 2016.

"Kalaupun harganya naik, masih berkisar US$55-US$60 per barel sebagai estimasi harga tertinggi."

Ia melihat ada siklus harga saban 2-3 tahun yang secara perlahan akan membuat harga minyak kembali normal, terutama ketika perekonomian negara-negara emerging market seperti Tiongkok dan India berangsur pulih.

Kondisi itu biasanya dibarengi kenaikan permintaan minyak.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya