Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Ekonomi 2016 Bergantung Investasi

Dero Iqbal Mahendra
21/12/2015 00:00
Ekonomi 2016 Bergantung Investasi
(FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)
PROSPEK ekonomi Indonesia tahun depan bakal lebih baik jika dibandingkan dengan tahun ini. Berbagai kalangan pun optimistis menyambut tahun yang dalam kalender Tiongkok disebut sebagai tahun monyet api. Kalangan pebisnis pun dinilai siap menggerakkan ekonomi nasional karena telah beradaptasi dengan turbulensi ekonomi yang terjadi sepanjang 2015. Meski begitu, bukan berarti tanpa syarat. Pemerintah tetap diminta konsisten menjaga kestabilan politik dan keamanan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. "Situasinya akan lebih bagus dari 2015. Kalaupun ada riakan kecil (tekanan global), itu sebetulnya tidak akan masalah," kata Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) untuk Asia Tenggara Wimboh Santoso di Jakarta, pekan lalu.

Menurutnya, sepanjang 2015 tidak bisa didapat gambar-an mengenai kepastian dari ekonomi Amerika Serikat dan bagaimana merespons terkait dengan kenaikan suku bunga The Fed. "Namun, semakin lama sudah semakin jelas dan pasar sudah mem-price in semua situasi yang dapat terjadi," jelasnya. Wimboh menegaskan, untuk ke depan hanya tinggal melihat seberapa cepat Amerika akan menaikkan kembali suku bunga mereka. Saat ini dengan kenaik-an 25 basis poin masih bisa diserap oleh pasar di negara berkembang. Deputy Country Manager Bank Pembangunan Asia (ADB) Edimon Ginting juga yakin ekonomi Indonesia semakin membaik, tetapi tidak bisa mengandalkan dari ekspor lantaran masih terjadi fluktuasi harga komoditas di pasar dunia.

"Ekspor belum bisa jadi mesin pendapatan bagus, konsumsi masih kemungkinan lemah, dan kemampuan pemerintah masih terbatas sehingga kunci satu-satunya ialah investasi," terang Edimon. Chairman PT Adis Dimension Footwear (ADF) Harijanto pun mengingatkan pemerintah untuk konsisten mengawal paket-paket stimulus yang sudah diterbitkan agar bisa berjalan untuk menggaet investasi. Ia sendiri mengaku bahwa minat investasi asing untuk padat karya, baik garmen maupun sepatu, bertambah dengan adanya komitmen pemerintah terhadap sektor padat karya.

"Banyak investor garmen yang mengungkapkan ingin merelokasi pabrik mereka dari Kamboja kembali ke Indonesia. Ini perlu dukungan kebijakan yang ramah investasi, apalagi terkait ketenagakerjaan," ujar Harijanto. Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku sulit mengandalkan ekspor. Karena itu, pihaknya akan mendorong investasi dan belanja barang pemerintah. Untuk mencapai pertumbuhan 5,3% pada 2016, menurutnya pemerintah perlu menggenjot lebih banyak investasi, produktivitas industri, dan volume ekspor. "Itu hanya bisa kalau investasi berjalan lebih baik tahun depan, industri dan ekspornya juga bisa jalan," kata Darmin di Jakarta, pekan lalu.

Pariwisata
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani juga melihat sektor pariwisata bisa menjadi andalan untuk menggantikan pendapatan dari komoditas ekspor yang sedang lesu. Optimisme pun juga dirasakan sektor finansial. Corporate Secretary PT Bank Mandiri Rohan Hafas meyakini laju pertumbuhan kinerja perbankan lebih baik pada 2016. Suku bunga acuan Bank Indonesia yang tidak berubah pun dilihat sudah tepat karena aktivitas ekonomi sudah mulai terlihat. (Arv/Jay/Ire/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya