Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Indonesia Incar Pasar Jagung Malaysia

Andhika Prasetyo
04/3/2017 10:49
Indonesia Incar Pasar Jagung Malaysia
(Antara/Nova Wahyudi)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) menjalin kerja sama dengan Malaysia untuk membangun lahan pertanian jagung di kawasan perbatasan Entikong dengan Sarawak. Kementan akan menyediakan lahan 50 ribu hektare (ha) lahan jagung di Entikong, Kalimantan Barat, sebagai upaya awal kerja sama keduanya.

“Ini merupakan hasil pertemuan joint working group kedua negara. Pertama ditindaklanjuti ialah pengembangan jagung di perbatasan,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman seusai bertemu Menteri Pertanian dan Industri Agro Malaysia Sri Ahmad Shabery Cheek di Jakarta, kemarin.

Lahan yang ada saat ini sudah siap dan ditargetkan bisa ditanami pada pertengahan 2017.
“Kami sudah identifikasi, ada lahan petani. Ada juga punya hutan produksi yang akan kami komunikasikan dengan Menteri LHK,” tutur dia.

Dengan kerja sama tersebut, sebenarnya Indonesia membidik Malaysia sebagai salah satu pasar ekspor jagung di masa mendatang. Pada tahun lalu, Malaysia mengatakan mereka masih harus melakukan importasi jagung untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sebesar 3 juta ton dengan kisaran nilai Rp13 triliun.

“Untuk bisa memproduksi 3 juta ton itu setidaknya dibutuhkan minimal lahan 700 ribu hingga satu juta ha. Kita masih harus tingkatkan lagi lahan-lahan di perbatasan, setidaknya sampai 500 ribu ha,” terangnya.

Sementara itu, pemerintah Malaysia telah menyiapkan lahan 60 ribu ha di wilayah Sarawak untuk dimaksimalkan. Jumlah itu diharapkan masih bisa bertambah lagi hingga 100 ribu ha.

“Mereka memohon didatangkan bibit dari Indonesia untuk lahan itu,” papar Amran.
Sementara itu, Menteri Pertanian dan Industri Agro Malaysia Sri Ahmad Shabery Cheek membenarkan kondisi pertanian jagung mereka masih harus mengandalkan negara-negara lain.

“Selama ini kami mengambil dari negara-negara yang jauh seperti Amerika Serikat dan Argentina. Berdasarkan hasil baik yang ditunjukkan Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, tidak mustahil bila ke depan kami impor dari sini,” ujar Sri Ahmad.

Ekspansi investasi
Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyatakan pemerintah dan para pelaku usaha dari negara lingkar Sa­mudra Hinda yang tergabung dalam Indian Ocean Rim Association (IORA) bakal bertemu di IORA Summit, Jakarta, 5-7 Maret 2017. Pertemuan ini akan membahas berbagai peluang peningkatan bisnis antarnegara, termasuk peningkatan investasi.

Kepala BKPM memperkirakan potensi investasi yang akan terjadi di antara negara IORA ialah investasi antarnegara berkembang. Penyebabnya, beberapa negara-negara berkembang di IORA termasuk negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti India dan Indonesia.

Perusahaan Indonesia pun, kata dia, berpotensi untuk meningkatkan ekspansi ke negara-negara anggota IORA, seperti ke Iran dan India. Dia pun membeberkan perusahaan kertas dan pengemasan Indonesia sudah meraup 70% pasar di Iran. Pun, ada niat pemerintah untuk mendorong industri farmasi berinvestasi ke India.

“Kita mesti investasi ke sana. Dengan begitu, kita bisa meng­alihkan impor bahan baku industri farmasi dari Tiongkok ke India. Semoga harganya juga lebih murah. Itu akan mengurangi defisit perdagangan kita dengan Tiongkok dan mengurangi surplus perdagangan dengan India. Jadi, semua happy,” kata Lembong. (Jes/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya