Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Pemerintah Awasi Pekerja Asing di Morowali

Tesa Oktiana Surbakti
14/2/2017 19:23
Pemerintah Awasi Pekerja Asing di Morowali
(MI/Dede Susianti)

PEMERINTAH kini tengah mengawasi keberadaan pekerja asing di Kawasan Industri Morowali atau Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Kabar yang beredar pekerja asing asal Tiongkok disebut bergerak masif di tempat berlokasinya tiga industri fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter ) tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengamini adanya kabar maraknya pekerja asing asal Tiongkok di kawasan tersebut. Namun pihaknya langsung mengkroscek untuk mendapatkan kebenaran. “Di sana orang pada ribut banyak (pekerja asing) orang Tionghoa. Saya menginap di situ. Memang ada tapi mereka itu kerja knock down supaya cepat jadi,” tutur Luhut usai melakukan rapat tertutup mengenai pengembangan kawasan industri Morowali, Selasa (14/2).

Luhut memahami alasan investor asal Tiongkok menghadirkan pekerja dari negaranya. Itu tidak lain guna mempercepat pengerjaan konstruksi. Pasalnya bila menyerap tenaga lokal di area sekitar kawasan industri, investor harus melakukan proses pelatihan yang menghabiskan banyak waktu. Padahal, investor diburu target beroperasi. Namun pemerintah dikatakannya tetap mengawasi keberadaan pekerja asing dengan meminta komitmen dari investor.

“Ya kita perlu mengawal industri semacam ini. Jangan fire and forget lah, ini investasinya kan lagi bagus. Mereka sedang lakukan efisiensi, kalau harus mendidik pekerja lokal juga butuh waktu. Tapi mereka janji pakai pekerja asal Tiongkok sampai pengerjaan konstruksi selesai,” pungkasnya.

Pada 2016, IMIP tercatat telah melakukan ekspor produk hasil smelter yang mengolah nikel menjadi feronikel sebesar US$ 990 juta. Kawasan tersebut turut berkontribusi pada penerimaan negara sekitar Rp 1,7 triliun dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Tiga industri smelter yang sudah beroperasi di kawasan tersebut dikelola oleh PT Sulawesi Mining Investment (SMI), PT Guang Ching dan Stainless Steel (GCNS) dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Total feronikel yang dihasilkan dari ketiga smelter mencapai 1,5 juta metrik ton. Lebih lanjut Luhut memandang pemerintah tetap harus berhati-hati terhadap keberlangsungan kawasan industri dengan nilai investasi US$ 3,9 miliar.

“Mereka kan masih ekspor, ini yang perlu kita jaga (terkait kontribusi terhadap penerimaan negara). Total investasinya itu bisa mencapai US$ 6 miliar dan sekarang sudah di angka US$ 3 miliar,” imbuh Luhut.

Adapun Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengamini tenaga kerja asal Tiongkok masih dibutuhkan di kawasan industri tersebut lantaran sifat konstruksi yang bersifat nonkonvensional. Dalam artian konstruksi smelter di Morowali dibangun secara modular atau tidak dibangun dari nol. Otomatis investor membutuhkan kehadiran pekerja asal dari negaranya yang paling tidak memahami dari aspek bahasa dan mekanisme. Memang sistem pembangunan konstruksi yang dimaksud dapat mempercepat penyelesaian proyek. Namun dia tetap menekankan tenaga kerja asal Tiongkok perlahan harus dikurangi meski operasional berlangsung.

“Tenaga kerja (asal Tiongkok) biasanya digunakan untuk project. Nah dari project itu natinya akan pindah jadi operasional. Saat operasional, tenaga kerja itu akan dikurangi karena paling banyak diserap untuk pengerjaan konstruksi atau membangun pabrik,” tutur Airlangga yang enggan menyebut berapa banyak pengurangan tenaga kerja asing.

Saat ini total tenaga kerja yang dipekerjakan di IMIP mencapai 11.156 orang. Adapun proyeksi kebutuhan tenaga kerja di kawasan tersebut sebanyak 18.000-20.000 orang hingga 2018. Selain tiga industri smelter, di kawasan tersebut nantinya juga segera dibangun industri smelter terintegrasi dengan stainless steel yang dikelola PT Indonesia Ruipu Nickel dan Chorme Alloy.OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik