Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
JANGAN tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu. Jika pernyatan John F Kennedy tersebut dilontarkan kepada masyarakat Mongolia, mereka kini bisa menjawab dengan mudah.
Warga Mongolia tengah berbondong-bondong menyumbangkan harta mereka, mulai uang tunai, perhiasan, emas, bahkan hingga kuda. Bukan karena sudah kelebihan harta dan bingung menghabiskannya. Mereka berdonasi untuk membantu pemerintah membayar utang negara US$600 juta atau setara Rp7,9 triliun, yang jatuh tempo Maret.
Sejatinya, masyarakat Mongolia sedang dalam kondisi sulit. Mereka terpukul oleh meningkatnya biaya makanan dan bahan bakar. Ditambah lagi faktor musim dingin ekstrem yang mengancam kehidupan ternak mereka.
Namun, semua itu tidak lantas membuat mereka menutup mata. Banyak dari mereka yang mengaku bersedia membantu.
Dalam sepekan terakhir, setelah beberapa ekonom dan anggota parlemen menggagas kampanye bantuan untuk pemerintah, sumbangan warga bermunculan. Pekan lalu, tercatat sudah terkumpul dana 100 juta tugrik atau sekitar Rp541 juta. Dalam menanggapi bantuan dari masyarakat, Perdana Menteri Mongolia Jargaltulga Erdenebat mengatakan tidak bisa melarang aksi tersebut. Namun, ia mengaku yakin negara akan segera mendapatkan solusi atas utangnya. Donasi dari masyarakat akan disalurkan ke bidang lain.
"Kabinet memutuskan untuk memberikan sumbangan itu ke sektor kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur publik," tambah Erdenebat.
Negara di timur Asia itu mengalami krisis ekonomi menyusul anjloknya investasi asing, perlambatan pertumbuhan di negara tetangga, Tiongkok, dan merosotnya harga komoditas. Akibatnya, kini, mata uang Mongolia, tugrik, kehilangan hampir seperempatnya dari nilai tukar tahun lalu.
Pemerintah Mongolia telah membuka pembicaraan dengan Tiongkok dan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meminta bantuan. Namun, sepertinya hal itu belum cukup meyakinkan para investor. Mereka khawatir dana talangan tidak dicairkan sesuai tenggat pembayaran obligasi Bank Pembangunan Mongolia sebesar US$580 juta bulan depan. "Jika mereka gagal mendapatkan dana talangan IMF, dari mana mereka punya dana untuk membayar utang itu?" ungkap seorang praktisi pasar modal di Hong Kong.
Jika utang tidak terbayar. pemerintah tidak mungkin mengajukan pembaruan utang untuk langkah pembiayaan ulang.
"Kondisi itu yang menyebabkan para penanam modal mengamati dengan saksama perkembangan kesepakatan pemerintah dengan IMF," ujar praktisi di Legal & General Investment Management Simon Quijano.(Ifrasia/Pra/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved