Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
MASIH berlangsungnya musim basah saat ini betul-betul dimanfaatkan para petani untuk terus memproduksi gabah. Dampaknya, stok beras nasional pada Januari dan Februari tahun ini tidak mengalami defisit sehingga menimbulkan lonjakan inflasi seperti pola biasanya.
Namun, saat ini beberapa daerah terpantau sudah mulai kelebihan produksi sehingga harga jual gabah kering panen (GKP) di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.700 per kilogram (kg). Dalam menyikapi hal itu, pemerintah melalui Bulog dan Kementerian Pertanian berupaya bergerak cepat melindungi kepentingan petani.
"Salah satu data empiris menunjukkan bahwa harga terlalu cepat turun. Jadi ada tujuh kabupaten yang harganya di bawah HPP. Untuk itu kita segera bergerak cepat, tetapi Bulog juga sudah bergerak cepat untuk mengatasinya," terang Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, kemarin.
Amran mengungkapkan Kementerian Pertanian akan mendorong Bulog dan PPI untuk bergerak cepat guna menyerap produksi gabah petani yang saat ini sudah dijual di bawah HPP Rp3.700 per kg. Amran menjelaskan, jika dibandingkan dengan Januari tahun lalu, harga gabah berada pada kisaran Rp4.000-Rp5.000 per kg. Namun, saat ini harga gabah bisa di kisaran Rp3.500-Rp3.300 per kg. Oleh karena itu, Kementan terus memantau kondisi tersebut.
Amran mengungkapkan ketujuh wilayah yang surplus produksi ialah Purworejo, Jepara, Kendal, Banjarnegara, Grobogan, Rembang, dan Tuban. Di wilayah-wilayah tersebut harga gabah kering panen sudah di bawah HPP.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan pihaknya sudah bergerak untuk membeli gabah dari para petani di wilayah tersebut sebagaimana informasi dari Kementerian Pertanian. Sejauh ini Bulog sudah menyerap sekitar 4.000 ton pada Januari lalu, jauh lebih besar daripada biasanya yang hanya 600 ton.
Djarot sendiri mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan anggaran untuk penyerapan selama satu tahun sebesar Rp22 triliun-Rp23 triliun. Untuk tahun ini, Djarot menargetkan Bulog bisa menyerap hingga 3,2 juta ton GKP.
Kemarau mundur
Lebih jauh, Deputi Klimatologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo menyampaikan antisipasi terhadap perkiraan iklim dan cuaca perlu diperhatikan bukan pascapanen, melainkan pada saat produksi. Menurut Mulyono, musim kemarau tahun ini diperkirakan agak mundur. Meski di beberapa tempat musim kemarau masuk pada April, di sebagian besar wilayah Indonesia kemarau akan terjadi pada Mei-Juni.
"Untuk kondisi tahun ini sebetulnya berurut dari 2015, 2016, dan 2017. Pada 2015 iklimnya kering, banyak kebakaran hutan dan lainnya. Pada 2016 malah kebalikannya, lebih basah, dan banyak kejadian banjir," ujarnya. (Try/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved