Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Alih Daya dari Tiongkok tidak lagi Murah

MI
02/2/2017 08:59
Alih Daya dari Tiongkok tidak lagi Murah
(AFP)

PERSEPSI lama yang melihat Tiongkok sebagai pabrik besar yang murah sepetinya harus diubah karena saat ini kondisi di 'Negeri Tirai Bambu' itu tidak lagi mencerminkannya.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah survei tahunan IHS Markit soal pengadaan global dan eksekutif pembelian.

"Jumlah responden yang setuju bahwa Tiongkok ialah tujuan tenaga kerja murah telah menurun di bawah 50% untuk pertama kalinya pada 2016. Angka tersebut turun secara tajam hingga 70% sejak survei pada 2012 lalu," terang ekonom IHS Markit, Paul Robinson, sebagaimana dikutip CNBC, Senin (31/1).

Selama bertahun-tahun perusahaan global membangun kegiatan produksi mereka di daratan Tiongkok memanfaatkan harga tenaga kerja yang murah. Namun, kini biaya tenaga kerja di sektor swasta telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Terus meningkatnya biaya tenaga kerja di negara itu pada akhirnya menghilangkan daya tarik Tiongkok khususnya bagi perusahaan yang sadar akan faktor biaya tenaga kerja.

Sejak 2006, upah rata-rata di negeri tersebut meningkat hingga dua kali lipat berdasarkan International Labour Organization (ILO). Pada 2014, rata-rata upah bulanan nominal di Tiongkok ialah US$685 (sekitar Rp9,11 juta).

Angka itu jauh lebih tinggi ketimbang upah US$212 (Rp2,81 juta) di Vietnam, US$216 (Rp2,87 juta) di Filipina, dan US$408 (Rp5,42 juta) di Thailand berdasarkan laporan ILO pada 2016.

Survei IHS juga menyebut, meski upah di Tiongkok terus meningkat, para profesional tidak menghindari kenaikan biaya di Shanghai dan provinsi sekitarnya dengan pindah ke daerah yang lebih murah. Para profesional tersebut justru memilih untuk tetap menggandakan pada daerah-daerah yang lebih familier.

"Hasil survei menunjukkan posisi Tiongkok sebagai hub atau bahkan hub dari rantai pasokan global. Posisi mereka bukan hanya dilihat sebagai lokasi tujuan untuk tujuan outsourcing (alih daya) yang murah," terang Robinson.

Secara keseluruhan Tiongkok, India, dan Meksiko menjadi negara sebagai negara yang populer sebagai tujuan tenaga kerja. Sebaliknya, Amerika dan Eropa terdaftar sebagai negara paling tidak populer sebagai tujuan tenaga kerja dalam lima tahun.

Survei IHS Markit tersebut juga melihat harga komoditas, keberlangsungan penyuplai, serta kekhawatiran geopolitik masih menjadi daftar risiko bagi para profesional dalam menghadapinya pada 2017.

Responden survei melihat biaya keuangan dari gangguan rantai pasokan meningkat, sebanyak 19% responden bahkan memprediksi biaya yang dikeluarkan untuk gangguan rantai pasokan itu secara signifikan meningkat. Hal itu merupakan kebalikan dari hasil survei di 2015 ketika hanya 1% responden memiliki pandangan tersebut. (Dro/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya