Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II melakukan sosialisasi peningkatan penggunaan angkutan peti kemas dengan kereta api rute Tanjung Priok (Jakarta)-Gedebage
(Bandung).
Pengoperasian kereta api peti kemas itu ditingkatkan dari dua hari sekali pengiriman menjadi dua kali sehari dengan dua kereta sehingga total menjadi empat kali perjalanan.
Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Masassya mengatakan angkutan kereta peti kemas jalur Pelabuhan Tanjung Priok-Gedebage sudah dimulai kembali sejak Juni 2016. Sebelumnya, jalur kereta peti kemas Gedebage hanya sampai Stasiun Pasoso, Tanjung Priok.
“Pelabuhan harus terintegerasi ke aktivitas transportasi dan industri. Hal itu bisa menurunkan biaya logistik yang akan berdampak pada peningkatan daya saing. Itu makanya kita membuka jalur hingga masuk Pelabuhan Tanjung Priok,” ucap Elvyn di Tanjung Priok, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, barang-barang yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok setiap harinya mencapai 8.000-10.000 peti kemas. Sekitar 10% dari barang yang masuk itu didistribusikan ke Gedebage, sementara 15% ke Tangerang, dan 60%-65% ke wilayah Cikarang dan Jakarta.
“Potensi kapasitas penggunaan kereta dari Priok ke Gedebage besar loh, tapi yang baru terpakai 120 teu. Itu karena belum banyak pengusaha yang tahu,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (persero) Edi Sukmoro mengakui jalur kereta peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok-Gedebage sebelumnya memang belum optimal sejak dibuka pada Juni 2016. Hal itu karena pengoperasian kereta hanya dua hari sekali dengan kapasitas 30 teu.
“Makanya kita optimalkan menjadi setiap hari dua kereta bolak-balik , jadi total empat kali jalan. Kalau begitu, kereta saya tidak banyak didiamkan,” tukas Edi.
Sebagai informasi, tarif pengiriman peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok-Gedebage sebesar Rp4,6 juta untuk ukuran 20 feet.
Untuk pengiriman peti kemas berukuran 40 feet belum tersedia di jalur tersebut.
Tingkatkan ekspor Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengapresiasi pengoperasian kereta api peti kemas Gedebage-Pelabuhan Tanjung Priok. Dia menilai jalur
kereta tersebut bisa mempercepat distribusi sehingga ekspor nonmigas bisa meningkat.
“Pasti akan lebih cepat. Paling tidak, keterlambatan karena kemacetan jalur logistik bisa teratasi,” ujar Enggar.
Dia berpendapat jalur lewat jalan raya atau tol kerap terhambat kemacetan. Seperti saat ini yang terjadi di Jambatan Cisomang yang mengalami kerusakan. Kondisi
itu dilihat Enggar sangat berdampak pada distribusi barang, termasuk barang yang akan diekspor.
Selain itu, jalur darat juga kerap mengalami buka-tutup jika menjelang hari raya besar. Enggar menilai jalur kereta api merupakan cara distribusi yang lebih efektif
ketimbang jalur darat lainnya.
“Kalau berjalan dengan baik, di hari besar buka-tutup bisa diatasi. Jadi bukan hanya ekspor, jalur distribusi perdagangan bisa kita kembangkan dengan kereta api,”
tukasnya. (E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved