Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Efektivitas Program Alih Subsidi Pertanian Dipertanyakan

Dero Iqbal Mahendra
05/12/2016 17:18
Efektivitas Program Alih Subsidi  Pertanian Dipertanyakan
(ANTARA/Adeng Bustomi)

TERUS meningkatnya subsidi pupuk dan benih dari tahun ketahun ternyata masih belum memberikan dampak kepada peningkatan dari sektor pertanian. Bahkan, ironisnya yang terjadi justru semakin memburuknya kondisi para petani.

Menurut pengamat ekonomi Faisal Basri, kondisi itu patut dipertanyakan. Mengapa di saat pemerintah mengurangi berbagai subsidi dan salah satunya dialirkan ke peningkatan subsidi pupuk dan benih, kejadian di lapangan justru tidak menolong kondisi petani.

"Kita menuntut adanya pemeriksaaan efektiVitas subsidi benih dan subsidi lainnya, jangan omong saja Menteri Pertanian ini. Seolah olah hebat semua. Faktanya, datanya menunjukkan tidak seperti itu." ujar Faisal, di Jakarta, Senin (5/12).

Dia menyoroti bahwa secara trend dari waktu ke waktu indeks nilai tukar petani terus menurun dimana pada November 2016 sebesar 101,31 atau turun 0,40 persen dibanding NTP bulan sebelumnya, begitu juga untuk upah buruh tani. Hal tersebut berbanding terbalik dengan uang yang dialirkan ke sektor pertanian yang semakin besar.

"Maksud saya pemerintah gampang cabut subsidi untuk rakyat, tetapi yang ugal-ugalan itu dibiarkan. Tentu kita tidak rela kalau keadaannya seperti itu. Jadi kalau reformasi fiskal itu yang tuntas," terang Faisal.

Begitu juga kebijakan harga referensi harga acuan bawah, harga acuan atas yang tidak menyelesaikan persoalan yang ada. Hal tersebut membuat uang yang tadinya bisa disalurkan untuk subsidi listrik tidak jelas aliran dananya kemana saja dan untuk apa saja.

"Pupuknya kemana saja, benihnya kemana. Periksa itu segera, patut diduga terjadi apa -apa kalau sudah begitu," tegas Faisal.

Dirinya melihat pencabutan subsisi listrik diperkirakan bisa menambah jumlah penduduk miskin. Meski begitu dirinya belum bisa memerkirakan besaran pastinya tetapi memang konsumen 900 VA itu memang tidak miskin namun mereka tidak jauh dari garis kemiskinan.

Dengan pengeluaran listrik yang memang cukup besar untuk rumah tangga, sehingga jika tiba tiba naik tentu garis kemiskinannya akan naik dan garis masyarakat tersebut tetap sama. Sedangkan di saat yang sama tingkat upah riil mereka turun dan jumlahnya ini hampir separuh dari orang Indonesia. OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya