Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

ADB Ramal Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh 5% Tahun Ini

M Ilham Ramadhan Avisena
23/7/2025 14:58
ADB Ramal Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh 5% Tahun Ini
Ilustrasi(Antara)

BANK Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memproyeksikan perekomian Indonesia akan tumbuh 5,0% pada tahun ini. Prakiraan tersebut tak berubah dari yang telah dirilis oleh lembaga tersebut sebelumnya. 

Dalam Asian Development Outlook (ADO) edisi Juli 2025 yang dirilis pada Rabu (23/7), ADB memperkirakan Indonesia mampu tetap mencapai pertumbuhan 5,0% pada tahun ini meski ada indikasi pelemahan kinerja ekspor. Sedangkan di tahun depan, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,1%.

"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama, sementara pertumbuhan investasi melambat," tulis laporan ADB. 

Untuk menjaga laju pertumbuhan, pemerintah Indonesia menaikkan target defisit fiskal 2025 menjadi 2,8% dari PDB dan meluncurkan paket stimulus, termasuk bantuan pangan, transfer tunai, dan subsidi transportasi.

Program makan gratis sedang dipercepat pelaksanaannya untuk menjangkau 82,9 juta orang. Sebagai dukungan, otoritas moneter secara bertahap melonggarkan kebijakan karena risiko terhadap stabilitas harga dinilai tetap rendah.

Adapun data impor April dan Mei menunjukkan kemungkinan adanya rebound dalam permintaan domestik. Namun demikian, produksi industri yang lesu, penciptaan lapangan kerja formal yang lemah, dan investasi swasta yang lambat dapat menjadi hambatan bagi prospek pertumbuhan, ditambah dengan risiko eksternal baru yang berpotensi menambah tekanan.

Secara umum, ADB turut menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik untuk tahun ini dan tahun depan. Penurunan itu didorong oleh ekspektasi menurunnya ekspor akibat tarif AS yang lebih tinggi dan ketidakpastian perdagangan global, serta melemahnya permintaan domestik. 

ADB memperkirakan ekonomi kawasan akan tumbuh 4,7% tahun ini, turun 0,2 poin persentase dari proyeksi April. Proyeksi untuk tahun depan juga diturunkan menjadi 4,6% dari sebelumnya 4,7%*.

Dapat semakin memburuk

ADB memperkirakan prospek Asia dan Pasifik dapat memburuk lebih lanjut jika terjadi peningkatan tarif AS dan ketegangan dagang. Risiko lainnya termasuk konflik dan ketegangan geopolitik yang dapat mengganggu rantai pasok global dan meningkatkan harga energi, serta penurunan pasar properti Tiongkok yang lebih buruk dari perkiraan.

"Asia dan Pasifik telah menghadapi lingkungan eksternal yang semakin menantang tahun ini. Namun prospek ekonomi telah melemah akibat risiko yang meningkat dan ketidakpastian global," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park melalui keterangan pers.

"Ekonomi di kawasan ini harus terus memperkuat fundamental mereka dan mendorong perdagangan terbuka serta integrasi regional untuk mendukung investasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan," lanjutnya.

Adapun pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan 4,7% tahun ini dan 4,3% tahun depan. Stimulus kebijakan untuk konsumsi dan aktivitas industri diperkirakan akan mengimbangi kelemahan sektor properti yang berkelanjutan dan ekspor yang melemah.

India sebagai ekonomi terbesar kedua di kawasan, diperkirakan tumbuh 6,5% tahun ini dan 6,7% tahun depan, turun masing-masing 0,2 dan 0,1 poin persentase dari proyeksi April, karena ketidakpastian perdagangan dan tarif AS yang lebih tinggi berdampak pada ekspor dan investasi.

Memangkas proyeksi perekonomian

Berbeda dengan ADB, The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memangkas proyeksi perekonomian Indonesia dari 5,0% menjadi 4,8%. Demikian proyeksi tahun depan yang semula diperkirakan 5,1% menjadi 4,7%. 

"Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan dampak dari tarif tersebut (resiprokal AS) terhadap lemahnya permintaan domestik," ujar Group Head & Principal Economist AMRO Allen Ng.

Sementara itu tingkat inflasi Indonesia yang semula diprediksi 2,2% di tahun ini dan 2,7% di tahun depan direvisi menjadi 1,5% di 2025 dan 1,9% di 2026. (Mir/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya