Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
INDONESIA memandang Iran sebagai pasar potensial, seiring lesunya ekspor ke negara-negara yang menjadi pasar tradisional selama ini. Oleh karena itu, Indonesia ingin mempererat relasi dengan negeri Mullah itu melalui Sidang Komisi Bersama Ekonomi (SKB) Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan antara Indonesia dan Iran.
Pertemuan itu menindaklanjuti kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Dalam gelaran SKB ke-12 ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution didaulat sebagai pimpinan delegasi Republik Indonesia. Saedangkan, delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Iran Mahmoud Vaezi. Perundingan bilateral dibagi ke dalam empat komite, yakni keuangan dan perbankan, perdagangan, industri dan investasi, energi dan infrastruktur.
“Sebelumnya kerja sama Indonesia dan Iran cukup besar ya, tapi kemudian perdagangan sempat menurun begitu Iran terkena sanksi. Makanya kita harapkan penandatangan serta kunjungan Presiden Iran pada pertengahan Desember nanti bisa memulihkan perdagangan kita, apalagi Iran bisa menjadi negara tujuan ekspor yang potensial,” tutur Darmin usai pertemuan di Jakarta, Jum’at (25/11).
Neraca perdagangan Indonesia-Iran mengalami tren penurunan sejak 2011 lalu. Pada 2015, nilai total perdagangan bilateral kedua negara sebesar US$273,1 juta atau turun 38,51 persen dari 2011 yang mencapai US$ 1,8 miliar. Adapun per Agustus 2016 nilai perdagangan bilateral hanya berkisar US$ 150 juta, lebih rendah dari capaian periode sama tahun lalu sebesar US$195 juta.
Dalam jangka pendek, sambung Darmin, Indonesia bisa menggencerkan beberapa komoditas unggulan untuk menjajaki pasar Iran, seperti minyak sawit (CPO), tekstil dan produk tekstil dan aneka produk industri. Iran, dikatakan Darmin, merupakan mitra strategis bagi Indonesia. Hubungan kedua negara kian erat pasca pertemuan bilateral di KTT KAA 2015 dan KTT Luar Biasa OKI 2016.
“Kedua negara ini memiliki kesamaan nilai dan budaya, semestiya kerja sama di berbagai bidang mencakup ekonomi dan teknologi harus terus ditingkatkan. Kita harapkan pelonggaran sanksi sebagai konsekuensi dari Implementation Day Joint Comprehensive Plan of Action dapat mempererat kembali hubungan bilateral kedua negara,” imbuh Darmin.
Terkait investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi Iran di Indonesia kumulatif pada periode 2011-2014 sebesar US$6,3 juta dengan total 16 proyek. Menilik masih minimnya geliat investasi, Iran menyatakan minatnya untuk berinvestasi di sektor energi dengan membangun dua kilang pengolahan (refinery).
Pemerintah telah menawarkan peluang kepada Iran untuk mengikuti tender Kilang Grass Root Refinery (GRR) Bontang yang dibangun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Terbitnya Permen ESDM Nomor 35 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pembangunan Kilang Minyak di Dalam Negeri Oleh Badan Usaha Swasta, diyakini dapat menggairahkan minat swasta membangun kilang di Tanah Air. OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved