Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Perkuat Sektor Manufaktur pada 2017

Try
24/11/2016 07:00
Perkuat Sektor Manufaktur pada 2017
(ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

PERTUMBUHAN konsumsi rumah tangga dan investasi pada 2017 perlu didampingi pengembangan sektor manufaktur untuk menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan penguatan manufaktur mampu memperbesar tingkat pertumbuhan ekonomi.

"Dulu, saat manufaktur berjaya, pertumbuhan ekonomi bisa di angka 7%. Saving mobilization juga perlu didorong agar jumlah deposit perbankan meningkat sehingga mampu memberikan kredit. Saat ini jumlah deposit perbankan hanya 30%-35% dari PDB Indonesia, makanya korporasi masih bergantung pada dana luar negeri," ujar Mirza pada Economic Outlook 2017 yang diadakan Center of Reform on Economics (CORE) dengan tema Opportunities behind uncertainties di Jakarta, kemarin.

Soal arah perekonomian Amerika Serikat pascapilpres, menurut Mirza, tidak perlu dikhawatirkan. Meski bergantung pada dana luar negeri, Indonesia tidak bergantung pada AS dari segi ekspor-impor.

"Gejolak ini sementara dan tidak seberat pada 2013. Dari sisi makro, kita jauh lebih sehat, ekspor-impor defisitnya cuma 2%, inflasinya jauh lebih rendah, lalu defisit anggaran dan rasio utang luar negeri swasta juga bisa terkendali," ujarnya.

CORE memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 bisa mencapai 5,2% dengan beberapa prasyarat.

Peningkatan kinerja ekonomi tersebut ditopang dengan konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tumbuh 5,1% dan investasi tumbuh 5,5%.

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menekankan Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan ekspor, tetapi juga konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah.

Pemerintah telah mengantisipasi konsumsi yang flat dan investasi yang drop dua tahun belakangan ini dengan mengubah APBN, yaitu dari sisi pengeluaran.

Suahasil melihat sektor penerimaan negara masih menjadi tantangan. Tax to GDP ratio masih 11% sehingga pemerintah menaikkan target menjadi 12,9%.

"Pencapaian tax to GDP ratio ke 13% tidak bisa tanpa berangkat dari sesuatu yang mendasar, yaitu perbaikan sistem, aparat, dan pemenuhan wajib pajak," ungkapnya.

Direktur Penelitian CORE Mohammad Faisal mengatakan, di tengah ketidakpastian perekonomian nasional, beberapa sektor masih berpotensi untuk tumbuh, seperti sektor jasa keuangan, bisnis telekomunikasi yang menguatkan ekonomi digital, sektor energi, serta prospek pariwisata. (Try/Ant/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya