Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
TEMPE dimuliakan di Rumah Tempe Indonesia. Tak ada pekerja bertelanjang dada yang menginjak-injak karung biji kedelai, drum-drum berjelaga, dan asap yang memedihkan mata.
Di rumah produksi di Jalan Cilendek, Bogor, Jawa Barat, yang dibangun atas kolaborasi Pengurus Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kabupaten Bogor, Forum Tempe Indonesia, dan Mercy Corps itu, kedelai dipecah menggunakan mesin, pekerja menggunakan masker dan penutup kepala, dan lantai pun dijaga agar selalu bersih.
Hasil karya mereka ialah tempe-tempe berukuran seberat 250 gram dengan kemasan plastik bernomor sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau sistem kontrol pencegahan berbagai masalah produksi dengan tulisan premium di depannya. Sebanyak 20 ribu potongan tempe seharga Rp25 ribu itu dipasarkan di rak-rak makanan segar swalayan di Jabodetabek.
Ikhtiar menaikkan derajat tempe yang dilakukan Pandang Maulana, Sekretaris Kopti Bogor, dan kawan-kawannya yang dijumpai Jumat (2/10), juga dilakukan Perhimpunan Pakar Pangan dan Gizi Indonesia alias Pergizi Pangan Indonesia.
"Kami tengah memproses pengajuan tempe sebagai Intangible Culture Haritage of Humanity (ICHH) atau warisan budaya tak benda ke UNESCO, organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB. Kami didukung lebih dari 20 lembaga Indonesia yang memberikan surat dukungan. Ada juga petisi di Change.org. Jika seribu lagi dukungan yang didapat, berarti ada 25 ribu pendukung petisi ini," kata Hardinsyah, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia.
Tempe yang kaya serat sekaligus sarat nilai, kisah, dan telah berjasa menyehatkan bangsa sejak abad ke-18 hingga disebut dalam Serat Chentini Jilid III akan dikawal dengan penuh harga diri ke ranah global. Indonesia diharapkan bukan cuma bangga, melainkan juga bisa memanfaatkannya sebagai peluang memutar bisnis dan berbagai riset.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved