Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
DUA produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia, Indonesia dan Malaysia, bersepakat untuk membentuk komite khusus CPO kemarin. Pembentukan komite tersebut dilakukan sebagai upaya pengendalian harga sawit global yang tengah turun sekarang ini.
Komite sawit itu bernama Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang akan menaungi unsur pemerintah dari Indonesia dan Malaysia, berikut pelaku usaha kedua negara.
"Indonesia dan Malaysia merupakan produsen sawit besar dunia, tapi kalau kita jalan sendiri pasti muncul persaingan-persaingan yang tidak perlu. Seharusnya kita perkuat koordinasi, produksi, dan stok sehingga stabilisasi harga terjaga," cetus Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli seusai rapat bilateral tertutup pemerintah Indonesia dan Malaysia di Jakarta, kemarin.
Produksi sawit Indonesia dan Malaysia tercatat menguasai 85% pasar sawit global. Sementara itu, harga rata-rata CPO global pada Agustus 2015 sebesar US$539,3 (Rp7,9 juta) per metrik ton, lebih rendah ketimbang Juli 2015 sebesar US$630,6 (Rp9,2 juta) per metrik ton.
Penurunan harga tersebut berdampak negatif terhadap performa ekspor sawit nasional. Sesuai data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor sawit Januari-Agustus 2015 senilai US$12,613 miliar (Rp185,5 triliun) atau turun 8,45% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menambahkan, ketika harga sawit merendah, kedua negara seharusnya melakukan harmonisasi kebijakan strategis. Langkah harmonisasi yang dimaksudkan Sofjan ialah penyamaan standardisasi CPO kedua negara. Malaysia memiliki standar Malaysian sustainable palm oil (MSPO), sedangkan Indonesia berstandarkan Indonesian sustainable palm oil (ISPO).
"Kita gunakan standar yang sama. Melalui CPOPC, kita buat penelitian dan pengembangan untuk perbaikan industri sawit agar ada nilai tambah. Akhir bulan ini harmonisasi ditargetkan selesai," kata Sofjan.
Dalam kesempatan yang sama, Minister of Plantation Insustries and Commodities Malaysia Datuk Amar Douglas Uggah Embas menyatakan pendapat yang senada. Ia menganggap pentingnya hubungan bilateral di antara keduanya untuk membangun citra positif dari kelapa sawit serta mengharmonisasikan standar demi menggapai masa depan industri yang cerah.
Selain pengendalian harga, komite tersebut akan bertugas mengatasi isu ramah lingkungan dan produktivitas perkebunan sawit.
"Kita perlu berjalan bersama dalam menghadapi segala situasi. Sekarang meskipun sedang krisis, kita harus bangkit dan saling membantu," pungkas Datuk Amar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved