KAUM ibu yang ingin kembali bekerja bisa jadi bukan menjadi suatu persoalan lagi pada saat ini. Perasaan inferior karena telah memiliki keluarga dan anak sudah seharusnya dihilangkan.
Mereka bahkan termasuk jenis calon karyawan yang banyak dicari. Angka permintaan bagi para ibu untuk kembali bekerja dari para pemberi kerja cukup tinggi. Setidaknya itu yang terjadi di Inggris.
Perempuan yang telah berkeluarga dan memiliki beberapa anak dipandang sebagai karakter yang andal dan terorganisasi. Itu merupakan kualitas yang diinginkan para pemberi kerja. Hal tersebut terungkap dari survei yang melibatkan 2.000 usaha kecil di Inggris Raya seperti dilansir Dailymail, akhir pekan lalu.
Konsultan penyedia pekerjaan, Regus, mengungkapkan seperlima perusahaan kecil berencana kembali mempekerjakan para ibu yang terpaksa berhenti untuk mengurus anak balita mereka. Jumlah itu lebih banyak ketimbang setahun yang lalu.
Sebanyak 71% responden menilai para ibu memiliki pengalaman dan keterampilan yang unggul. Selain itu, sebanyak 25% bos usaha kecil melihat bahwa kaum ibu tersebut lebih andal dan 30% memandang mereka lebih terorganisasi jika dibandingkan dengan staf yang lain.
Bukan hanya itu, para ibu tersebut juga dilaporkan sebagai individu pekerja keras oleh 19% responden dan dinilai sebagai manajer yang peduli serta perhatian (17%). Umumnya, motivasi para ibu tersebut sebanyak 20% berupaya membuktikan nilai mereka di perusahaan berdasarkan survei kepada pemberi kerja.
Regus menemukan, sebanyak 81% bos usaha kecil meyakini sistem kerja yang fleksibel merupakan kunci untuk menarik dan mempertahankan para wanita pekerja. Sistem itu harus memungkinkan mereka bisa tetap mengurus anak-anak meski sambil bekerja.
"Ada potensi besar di antara ibu yang terampil dan berpengalaman, tapi tidak bisa bekerja karena adanya komitmen keluarga," ujar Direktur Operasi Global Regus, Celia Donne.
Dengan pekerjaan yang fleksibel, para ibu dapat kembali masuk ke dunia kerja. Pada saat yang sama, perusahaan juga mendapatkan keuntungan dari penghematan biaya pergantian staf sekaligus bisa memangkas biaya pelatihan.
Donne menambahkan, berdasarkan sejumlah hasil penelitian, jika jumlah perempuan dalam angkatan kerja mencapai sejumlah laki-laki, angka produk domestik bruto (PDB) dapat menjadi 10% lebih tinggi. (Dero Iqbal Mahendra/Dailymail/E-1)