Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PASCAKEPUTUSAN bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), menyesuaikan suku bunga acuannya, gejolak di bursa dan pasar keuangan global tidak terhindarkan lagi.
Oleh karena itu, untuk memulihkan perekonomian Indonesia, salah satu upaya yang digagas pemerintah ialah mengurangi ekspor komoditas dan sumber daya alam mentah untuk me-ngerek pertumbuhan ekonomi.
Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, pemerintah telah merancang skema pembiayaan kredit ekspor melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
"Hanya, prasyarat yang harus dipenuhi (pengusaha) ialah komitmen tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Gelombang PHK marak seiring dengan runtuhnya harga jual komoditas yang menggerus nilai tukar rupiah."
Kepala LPEI Ngalim Sawega menambahkan mitigasi PHK dinilai penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan jumlah pengangguran.
"Kami lihat cashflow (perusahaan). Belanja pegawai itu tetap harus dibayar. Kalau (jumlahnya) turun, berarti ada PHK. Kalau kapasitas ekspor (perusahaan) menurun sehingga berpotensi PHK, kami bantu agar hal itu tidak terjadi," ujar Ngalim.
Di sisi lain, Menkeu mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan (BI rate) tetap di level 7,5%.
"Suku bunga tinggi perlu untuk menjaga stabilitas moneter."
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengakui keputusan mematok BI rate di level 7,5% sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Fed dan sejalan dengan upaya menjaga inflasi di kisaran 3%-5% pada 2015 dan 2016.
Selain itu, lanjut Tirta, bank sentral juga akan menerbitkan produk baru untuk memperkukuh stabilitas moneter.
"Kami melakukan pendalaman pasar untuk menyerap ekses likuiditas agar tidak terlalu banyak."
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III, menurut Tirta, akan meningkat karena membaiknya konsumsi rumah tangga dan tumbuhnya investasi pemerintah setelah proyek-proyek infrastruktur mulai memasuki tahap konstruksi.
"Tecermin dari meningkatnya penjualan semen, impor barang modal, dan indikasi peningkatan kredit. Penyerapan belanja daerah juga meningkat."
Kemarin, kurs tengah BI kembali melemah ke posisi 14.452 per dolar AS dari sebelumnya 14.442.
Adapun indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia menguat 45,47 poin menjadi 4.378,38.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved