Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Pemerintah Siapkan Surat Utang

MI
01/9/2015 00:00
Pemerintah Siapkan Surat Utang
(ANTARA/WIDODO S. JUSUF)
INDONESIA bisa mendapatkan titik balik perekonomian jika mampu menangkap momentum titik jenuh penguatan dolar Amerika.

Upaya jangka pendek pun ditempuh lewat penjualan surat utang berupa global bond untuk mengalirkan dana ke dalam negeri. Secara jangka panjang, paket kebijakan dan konsensus nasional pun disarankan.

Itu terungkap dalam acara makan siang antara Presiden Joko Widodo dan 12 ekonom di Istana Merdeka Jakarta, kemarin.

Presiden didampingi anggota Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki dan Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis Kantor Staf Presiden Purbaya Yudhi Sadewa.

Para pakar ekonomi yang hadir itu ialah ekonom Bank Danamon Anton Gunawan, peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Djisman Simanjuntak, ekonom UGM Tony Prasetiantono, ekonom Universitas Atma Jaya Prasetyantoko.

Selain itu, hadir ekonom Indef Hendri Saparini, analis pasar keuangan Yanuar Rizky, Kepala Riset dan Pengembangan PT Indonesia Stock Exchange Poltak Hotradero, ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, mantan Juru Bicara Wapres Boediono Yopie Hidayat, ekonom IPB Iman Sugema, Staf Khusus Menkeu Arif Budimanta, dan ekonom CSIS Yose Rizal.

Hendri Saparini menjelaskan titik jenuh penguatan dolar itu bakal terjadi lantaran Amerika sendiri membutuhkan keseimbangan untuk menghidupkan perekonomian domestiknya.

"Kalau dolar terus menguat, bagaimana mereka akan selesaikan masalah di dalam negeri, pengangguran, dan sebagainya, sehingga kita harus bersiap kapan sebenarnya bottom (dolar)-nya," ucap Hendri seusai pertemuan.

Meski tak tahu pasti momentum titik jenuh itu, Tony menambahkan, indikasi jenuhnya pasar AS sudah ada. Indeks harga saham New York turun ke kisaran angka 16.400. Padahal, sebelumnya sempat mencapai 18.300.

Dalam menangkap peluang itu, dari perbincangan dengan Presiden, Tony menyebutkan bakal ada kebijakan jangka pendek pemerintah berupa penjualan global bond dan sukuk ke Timur Tengah dan Asia Timur.

Tujuannya ada guyuran dana signifikan ke dalam negeri dan menjaga dana yang sudah ada tetap di dalam negeri. Di tempat yang sama, Anton Gunawan mengakui pengembalian kepercayaan pasar merupakan hal absolut. Sebelumnya, akhir Juni lalu, Presiden juga mengumpulkan ekonom di istana menjelang reshuffle kabinet. (Kim/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya