Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Tiga Sumur untuk PLTP Baturraden Siap Dibor

Liliek Dharmawan
15/9/2016 04:10
Tiga Sumur untuk PLTP Baturraden Siap Dibor
(MI/ Liliek Dharmawan)

PROYEK pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di kawas­an Gunung Slamet, perbatasan antara Banyumas dan Brebes, Jawa Tengah, saat ini telah masuk tahap eksplorasi dan pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, pengebor­an akan dimulai September 2017. Pengeboran dan pembangunan infrastruktur rampung pada pertengahan 2018.
Project Committee PT Sejahtera Alam Energy Paulus Suparmo mengakui dari awal rencana, PLTP Baturraden akan memproduksi listrik pada 2018.
“Namun, karena adanya berbagai hambatan peri­zinan, pada 2018 baru rampung pengeboran dan pembangunan infrastruktur. Kami menargetkan pada 2022 mendatang baru mulai produksi listrik,” kata Paulus saat sosialisasi pembangunan PLTP Baturraden di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, kemarin.
Pada tahap awal nantinya, kapasitas listriknya diperkirakan mencapai 110 megawatt (Mw). Menurutnya, pembiayaan pembangunan PLTP menggandeng STEAG Energy Jerman. Alasannya, investa­sinya sangat besar. Asumsinya, setiap 1 Mw membutuhkan investasi senilai US$4,5 juta hingga US$5 juta.
Dengan target awal produksi sebesar 110 Mw, kebutuhan dana mencapai US$550 juta.
“Sebagai contoh, untuk membuat satu sumur mencapai US$10 juta-US$11 juta, sedangkan membangun infrastruktur butuh US$60 juta. Investa­sinya memang sangat besar,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, ada tiga sumur di lereng selatan Gunung Slamet yang akan dibor, tepatnya antara perbatasan Brebes dan Banyumas. Secara teknis, pengeboran tersebut membutuhkan air.
Pihaknya menjamin tidak akan mengganggu sumber mata air. “Kami membuat embung guna menampung air,” jelasnya. Pada kesempatan sama, Asong, 42, asal Baturraden, Banyumas, peserta sosialisasi, meminta perusahaan memperhatikan kekhawatiran warga terutama efek pengebor­an, dan krisis air bersih.

Produksi trafo
Dari Mojokerto, Jawa Timur, dilaporkan, untuk mendukung realisasi pemenuhan listrik nasional sebesar 35.000 Mw, PT Bambang Djaya (B&D) ikut mendukung dengan memproduksi transformator (trafo) berkapasitas 150 KV, 60 MVA untuk pembangkit maupun gardu induk listrik. Trafo berukuran 150 KV 60 MVA itu mulai diproduksi PT B&D pada tahun ini, setelah pabriknya selesai dibangun di Ngoro Industrial Park, Mojo-kerto, Maret lalu.
“Pada tahun ini, kami memproduksi 50 unit. Untuk 2017 produksi ditingkatkan menjadi 120 unit,” kata CEO PT B&D Harry Suwignjo saat peresmian perusahaan, kemarin.
Trafo produksi PT B&D terus diperbesar ukurannya hingga 275 KV 200 MVA. Perusahaan yang berdiri sejak 1985 di Surabaya itu khusus memproduksi trafo ukuran 630 KVA, 5.000 KVA, dan 12,5 MVA. Untuk produksi baru mereka, perusahaan tersebut menggunakan teknologi dan mesin-mesin dari Eropa dengan tenaga ahli dari Indonesia. Pada kesempatan sama, Kepala Divisi Supply Chain Ma­nagement PT PLN Septa Hamid mengatakan PT PLN merasa semakin aman dengan dipro­duksinya trafo oleh PT D&B. Menurutnya, dengan program pemenuhan listrik 35.000 Mw dalam kurun waktu 10 tahun, diperlukan 300-400 unit trafo 150 KV 60 MVA setiap tahunnya.
“PT PLN dengan program 35.000 Mw akan merasa aman karena trafo sudah bisa dipenuhi,” tegas Septa Hamid. (AB/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya