Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SOSOK bankir senior kenamaan Robby Djohan memang telah berpulang ke pangkuan Illahi 31 Mei 2016 lalu. Namun, pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 1 Agustus 1938 yang dianggap juru selamat beberapa perusahaan besar Indonesia itu masih dirindukan para kerabat serta sejawatnya.
Mereka pun menuangkan kenangan dan apresiasi terhadap peletak dasar kedigdayaan Bank Mandiri dan Garuda Indonesia dalam dua buah buku tentang Robby.
Buku pertama yang memaparkan perjalanan panjang kehidupan Robby bertajuk No Nonsense Leadership. Satu lagi berisikan testimoni dari mereka yang mengenal Robby dengan sangat baik, The Guru. Kedua buku itu dirilis di Jakarta, kemarin (Rabu, 31/8).
"Saya merasakan kepemimpinannya saat bertugas menyehatkan empat bank pemerintah," tutur Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Agus mengaku sangat beruntung bisa mengenal sosok yang menurutnya sangat sulit ditemui saat ini. Ia mengenang Robby sebagai seorang yang mampu mengidentifikasi masalah dengan sangat cepat.
"Ia menyampaikannya pun sangat sederhana sehingga semua orang mengerti apa yang harus dilakukan. Kalau sudah mengambil keputusan, ia pasti akan berkomitmen dengan itu," urainya
Hal lain yang sangat disegani Agus ialah cara Robby menentukan dan mengelola sumber daya manusia. Bahkan Robby berani pasang badan untuk mereka.
"Taruh saya di tembok dan tembak kepala saya," ucap Agus menirukan ucapan Robby kala itu. "Saya menjadi saya saat ini karena Robby Djohan," ungkapnya lirih.
Komisaris Utama PT Pertamina (persero) Tanri Abeng pun berbagi kenangan tentang Robby. "Kami teman dekat. Saat Garuda Indonesia ingin dibangkrutkan para kreditor pada 1998, saya ditugasi Presiden Soeharto untuk menemukan orang yang bisa menyelesaikan masalah itu," ujar Tanri.
Tanpa ragu, Tanri pun memilih Robby. Hanya dalam enam bulan, Robby mampu mengangkat Garuda dari keterpurukan. Setelah itu, saat terlibat dalam penyatuan beberapa bank menjadi Bank Mandiri, Robby melakukan hal yang di luar dugaan. "Semua dibenahi dulu dari bawah. Dia punya pemikiran lain dan hebatnya itu berhasil," kenangnya.
Di masa tuanya, pria kelahiran Semarang, 1 Agustus 1938 itu memilih menghabiskan waktu bersama keluarga serta berwisata dengan istri tercinta, Nanan Hadiretna.
"Saya yakin beliau sangat bangga. Semoga buku ini dapat menginspirasi masyarakat, khususnya para generasi muda, untuk dapat memimpin dengan baik," ucap Nanan.
Sebelum menghadap Sang Khalik, Robby sempat membuat tulisan berjudul The End of Leadership pada awal Mei 2016 di majalah Infobank yang juga menerbitkan kedua buku itu.
"Itu tulisan terakhirnya. Ada begitu banyak hal dari Robby yang cukup berharga untuk ditulis sebagai warisan," ucap Wakil Pemimpin Redaksi Infobank, Karnoto Mohamad.(E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved