Headline

Istana minta Polri jaga situasi kondusif.

Sepeda Mungil Order Besar

DZULFIKRI PUTRA MALAWI
10/7/2016 01:40
Sepeda Mungil Order Besar
(MI/GALIH PRADIPTA)

DUNIA olahraga ekstrem di kelas sepeda BMX belakangan sedang diramaikan kehadiran jenis sepeda baru. Ukurannya sangat jauh berbeda dari model yang sudah ada. Para penggemar sepeda BMX menyebutnya dengan Kate Bike, dengan pelafalan menggunakan bahasa Indonesia pada kate. Kate merupakan diksi serapan dari katai atau yang berarti kecil dan kerdil. Ukuran sepeda ini memang terlihat terlalu mungil untuk ditunggangi orang dewasa, tapi mampu memberikan kepuasan batin tersendiri bagi yang mengendarainya.

Bahkan tak jarang banyak bapak-bapak yang berencana membeli itu untuk anak mereka justru memakai sepeda itu sendiri karena penasaran dengan pengalamannya. “Saya lihat sepeda ini dengan anak saya waktu pada latihan. Dia mau coba mainin, tapi saya juga jadi tertarik untuk mencobanya,” kata Topo, 45, seorang pembeli, kepada Media Indonesia yang mendatangi toko 2D BMX di Bandung, belum lama ini. Tepat empat tahun lalu, ide membuat Kate Bike ini tercetus oleh komunitas BMX di Bandung yang menamakan diri mereka BDGBMX. Anggotanya tidak hanya yang hobi mengendarai sepeda, tapi juga penikmat kegiatan membuat dan membetulkan sepeda BMX.

Mereka di antaranya 2D BMX milik Didi Triya Sanjaya, 33, Lifetrip, dan Megatechbmx yang berkolaborasi menciptakan Kate Bike. “Ide awalnya dari pak Lucky Widiantara ‘Lucas and Sons’ yang membawa roda kecil untuk troli dan menantang saya untuk membuat sepeda dengan spesifikasi BMX. Kemudian saya desain wheelset-nya, lalu Lifetrip bikin frame-nya, dan Megatech membaut equipment kelas profesionalnya,” kisah ayah dua anak ini di hari yang sama.

Dari Bandung ke Amerika
Didi bukan orang yang memiliki toko sepeda yang mumpuni. Tokonya hanya berukuran sekitar satu kamar indekos 3 x 5 meter. Namun, dari tempat ini, ia berhasil menunjukkan kepada dunia eksistensi Kate Bike dan komunitas BMX yang diakui dunia. Beberapa Kate Bike yang dirakit di sini pernah dikirim ke Los Angeles, Thailand, dan beberapa negara Asia lainnya. Berkat jaringan komunitas sepeda BMX yang begitu kuat di antarnegara, Kate Bike berhasil menyita perhatian penyuka sepeda dunia. Bahkan hingga saat ini industri sepeda BMX Eropa masih meminta lisensi kepada Didi dan kawan-kawan untuk membuat Kate Bike. Mereka saling bantu promo untuk membuat sepeda ini menjadi industri ritel. “Industri Eropa sudah buat ritel di Tiongkok dan Taiwan. Kami baru akan membuatnya tahun depan kalau tidak ada halangan. Saat ini masih buat terbatas dulu dengan harga R2,5 juta untuk yang standar dan mulai dari Rp5 juta untuk kelas profesional,” jelas Didi.

Jualan dan pengetahuan
Dalam sebulan Didi dan tim hanya mampu memproduksi tak lebih dari 10 sepeda. Itu pun ia masih kewalahan menghadapi banyaknya order lokal. Didi bersama delapan orang yang menjalankan bisnis ini tidak mau gegabah untuk membuat sepada ini menjadi ceruk penghasilan semata. Pasalnya mereka punya misi untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang BMX terlebih dahulu. Maka dari itu, mereka membuat merchandise dan demo roadshow sebagai sumber pendapatan lainnya.

Untuk memasyarakatkannya, ada 3 tempat perakitan sekaligus toko berada di Bandung, 1 toko di Tasikmalaya, dan 2 toko di Sukabumi. Sementara itu, di luar pulau Jawa juga ada yang menjual secara perorangan. Mereka memesan sepeda dari Bandung. “Saat ini belum ada untung yang dinikmati sendiri. Hasilnya untuk dibuat produksi lagi. Bagi kami bagaimana caranya untuk menghasilkan dua sepeda dari satu sepeda yang terjual. Saat ini sudah ada 80 sepeda yang terjual dan lima di antaranya kelas profesional,” tutur Didi.

Keterbatasan produksi Kate Bike ini lebih besar karena ketersediaan spare parts yang digunakan. Pasalnya semua spare parts harus didatangkan dari luar dengan biaya yang tidak mudah. Maka dari itu, mereka meng­akalinya dengan membuat spare parts sendiri yang kualitasnya terus ditingkatkan hari demi hari. “Kami baru mampu membuat ban dengan kriteria yang diinginkan karena berhasil dapat rekanan distributor ban yang menyanggupi. Sisanya masih terus dikembangkan,” lanjutnya. Pengembangan juga sedang dilakukan di lini merek yang hak patennya sedang diurus. Lebih lanjut, Didi mengatakan mereka sedang bernegosiasi dengan investor dan masih membuka peluang investor lainnya untuk membuat sepada ini menjadi ritel dengan pabrikan di Tiongkok dan Taiwan agar menghemat biaya produksi. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya