Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Teriakan Pedagang kian Kencang saat Ekonomi Sulit

15/6/2016 05:11
Teriakan Pedagang kian Kencang saat Ekonomi Sulit
(Ilustrasi---MI)

"TAHU bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, anget-anget!" Pernah mendengar 'jingle' seperti itu? Ya, itu cara segelintir wirausaha Tanah Air yang ingin memasarkan produk mereka secara berbeda, mengemasnya apik sehingga selalu terngiang di telinga konsumen.

Ternyata, hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Nigeria pun ada. Di Lagos, ibu kota negara tersebut, terdapat puluhan pasar tradisional yang para pedagangnya menggunakan berbagai macam suara unik untuk menarik minat masyarakat setempat.

Penjahit berjalan salah satunya. Mereka membunyikan gunting dan peralatan jahit lainnya untuk merayu konsumen. Bahkan, hal itu tidak hanya dilakukan di pasar, tapi juga dengan berkeliling ke perumahan-perumahan warga.

Dengan menggunakan mesin jahit tradisional, para penjahit itu mampu menyelesaikan pekerjaan, baik memperbaiki maupun membuat gaun, hanya dalam sehari, dengan biaya rata-rata US$2.

Selain penjahit, perias jari pun menawarkan jasanya, juga dengan suara-suara yang tidak biasa. Dengan perlengkapan salon seadanya, mereka mengeluarkan bunyi-bunyian untuk menarik pelanggan.

Begitu pun para penjaja minuman. Mereka membentur-benturkan botol untuk mendapatkan perhatian masyarakat. Para pelanggan juga sudah memahami jika ada suara dentingan botol, berarti waktu minum mereka sudah dekat.

Semua itu, suara-suara yang diciptakan para entrepreneur, benar-benar ada di Lagos, tempat para entrepreneur menjadi raja yang membuat ekonomi informal mendominasi kota.

Direktur Jenderal Lagos Chamber of Commerce and Industry Muda Yusuf mengungkapkan kebiasaan unik itu terjadi karena kondisi perekonomian negara yang sangat memprihatinkan.

"Para pedagang tidak bisa melakukan pinjaman untuk mengembangkan usaha. Mereka jadi tidak bisa mempromosikan produk atau jasa mereka dengan cara yang lebih baik. Ditambah lagi pengangguran terus meningkat dan sebagian besar masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan," ujar Yusuf.

Dengan kondisi ekonomi Nigeria yang menurun 0,4% di kuartal pertama 2016 dan tekanan harga yang mendorong inflasi sebesar 14%, Yusuf mengungkapkan teriakan para wirausaha itu, baik secara harfiah ataupun tidak, akan semakin keras.

"Sektor informal yang mereka mainkan berkontribusi 50% pada perekonomian negara. Dengan pertumbuhan yang negatif saat ini, jelas pertanda buruk bagi mereka," ucap Yusuf. (CNN/Pra/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya