Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
INDONESIA yang mayoritas berpenduduk muslim dan terbesar di dunia memiliki potensi yang sangat besar untuk mempraktikkan prinsip-prinsip ekonomi yang berbasis syariah.
Penilaian itu dikemukakan Menteri Keuangan Bambang S Brodjonegoro yang dikenal sebagai sosok pejabat negara yang sangat peduli terhadap ekonomi syariah. Ketertarikan dan motivasi Menteri Bambang untuk mendorong perkembangan ekonom syariah di Indonesia bermula sejak masih duduk di dunia akademis di Universitas Indonesia, Jakarta.
Pada 2011 sewaktu menjabat dekan di Fakultas Ekonomi UI, Bambang dipercaya menduduki jabatan sebagai dirjen di bidang research and trading islamic economic bank di Jeddah. Dari situ Bambang mulai fokus memikirkan dan mengembangkan ekonomi berbasis syariah. Pengalaman di Jeddah tersebut membawa keyakinan bagi Bambang bahwa Indonesia seharusnya bisa mengembangkan ekonomi syariah jauh lebih besar dan tidak saja bagi Indonesia sendiri, tetapi bisa sebagai negara yang mendorong ekonomi syariah di dunia global.
Peran penting ekonomi syariah yang bisa dikembangkan, menurut Bambang, ialah sebagai instrumen keuangan bisa untuk dipakai mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Misal, instrumen sukuk khususnya yang dikeluarkan pemerintah dan harapannya diikuti perusahaan swasta akan sangat bermanfaat untuk kepentingan APBN seperti membiayai defisit APBN. Pada sisi lain, ada produk syariah yang namanya sukuk ritel yang bisa dimanfaatkan untuk memperluas basis investor. Selain itu, ada keuangan mikro yang bisa memenuhi kebutuhan finansial dan ekonomi.
"Kita tahu bahwa penduduk Indonesia banyak, butuh lapangan kerja, serta butuh pengusaha, terutama mikro dan menengah," kata tokoh yang berpengaruh dalam pembangunan ekonomi Indonesia dan syariah ini. Dengan adanya akses yang mudah tersebut, tidak ada salahnya keuangan mikro yang syariah untuk terus dikembangkan. Diakui Bambang, tantangan berat ke depan yang akan menghampiri lembaga keuangan syariah ialah kemampuan bersaing dengan bank komersial lain. Nasabah, imbuhnya, memiliki pandangan yang praktis.
Pertama nasabah akan melihat tingkat kepercayaan lembaga keuangan syariah. Kedua, nasabah akan lebih memperhatikan tingkat keamanan dan keuntungan yang akan didapat jika bertransaksi dan berinvestasi di lembaga keuangan syariah. Tidak kalah pentingnya ialah aspek pelayanan yang ada di lembaga perbankan syariah yang harus profesional.
"Lembaga keuangan syariah baik itu bergerak di bidang perbankan dan asuransi harus sanggup bersaing di tiga hal itu dengan tidak bisa mengandalkan dukungan dan intensif pemerintah. Sepenuhnya harus dari mereka sendiri untuk memperbaiki daya saing mereka," tambah Bambang. Bambang yang juga menjabat Ketua para Ahli Ekonomi Islam di Indonesia percaya ada harapan besar bagi pengelolaan ekonomi syariah.
Pertama ialah mendayagunakan zakat lebih baik, bagaimana didistribusikan sehingga ada manfaat, tidak hanya mengumpulkan zakat. Selain itu ialah pengelolaan wakaf. "Di Indonesia wakaf identik dengan tanah meskipun sebenarnya ada wakaf dalam bentuk yang lain, misal finansial," ujarnya. Sebagai orang Indonesia pertama yang juga menjabat Ketua Development Committee Bank Dunia, Bambang memiliki visi bagaimana menguatkan Bank Dunia menghadapi tantangan ke depan. Bank Dunia tidak hanya berbicara soal ekonomi belaka, tetapi juga perubahan iklim, energi. Di situ Bambang juga berkesempatan menyuarakan kepentingan negara berkembang, misal soal kestabilan sistem keuangan dunia agar tidak mengalami ketergantungan pada Amerika Serikat. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved