Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Anak Usaha Sinarmas Ekspor Turunan Sawit

Jessica Sihite
27/5/2016 06:13
Anak Usaha Sinarmas Ekspor Turunan Sawit
(ANTARA)

ANAK Usaha PT Sinarmas Agribusiness and Food, PT Sumber Indah Perkasa (SIP), sudah memproduksi barang bernilai tambah dari kelapa sawit.

Salah satunya ialah pakan ternak yang berasal dari limbah biji kelapa sawit atau biasa disebut palm kernel expeller (PKE) sejak 2011.

Head Commercial PT SIP Tarahan Lampung Yusranudin mengatakan, sejak 2011 hingga tahun lalu, jumlah produksi PKE selalu naik.

Seluruh produksi PKE itu dilempar ke pasar ekspor karena tidak ada permintaan dari industri pakan ternak dalam negeri.

Negara tujuan ekspor PKE dari PT SIP, antara lain Selandia Baru dan Belanda.

Pada 2015, total produksi dan ekspor PKE PT SIP ke dua negara itu mencapai 272,4 ribu ton.

Jumlah tersebut naik 39% dari 2014 yang tercatat 195,05 ribu ton.

"Yang paling besar membeli PKE ialah Selandia Baru. Ekspor PKE ke Selandia Baru dan Belanda itu sudah memenuhi standar untuk memperoleh phytosanitary certificate atau sertifikat kesehatan tumbuhan," ucap Yusranudin di Tarahan, Lampung, Kamis (26/5).

Ia melanjutkan, sejak tahun lalu, kapasitas produksi pabrik PKE di Lampung sudah berkapasitas penuh, yakni 700 ton per hari.

Kapasitas penyimpanannya juga sudah penuh, yakni sekitar 20 ribu ton.

Di kesempatan yang sama, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Provinsi Lampung Aris Zulhan berharap pemerintah pusat bisa lebih memfasilitasi perusahaan yang mau memproduksi PKE.

Pasalnya, lima perusahaan penghasil PKE di Lampung masih kewalahan melayani permintaan PKE dari berbagai negara.

"Banyak negara yang minat PKE kita. Kami sudah minta ke pemerintah pusat untuk membantu kami mengakomodasinya," imbuhnya.

Dukungan BUMN

Di Jakarta, sejumlah BUMN menyatakan siap mendukung pengembangan industri kelapa sawit dalam negeri.

Sucofindo menyatakan akan mendorong industri itu melalui pemetaan lahan hingga audit sistem manajemen berdasar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

"Sucofindo juga siap mendukung pelaku usaha kelapa sawit untuk meningkatkan daya saing dengan jasa verifikasi ekspor dan pengujian kualitas dan jumlah produk CPO dan turunannya," ungkap Direktur Utama Sucofindo, Djohan Buddin, di Jakarta, kemarin.

Pada saat sama, sejumlah bank BUMN, yakni Bank Mandiri, BNI, dan BRI, telah mendapat mandat untuk mengeluarkan layanan elektronik pembayaran pungutan dana ekspor kelapa sawit.

Saat ini, Bank Mandiri ialah penerima pembayaran pungutan elektronik terbesar, yakni mencapai 75% atau Rp5,2 triliun pada 2015.

BNI menjadi penerima terbesar kedua dengan nilai Rp1,8 triliun.

"Kami akan tingkatkan kemudahan layanan melalui e-channel seperti Mandiri Cash Management, internet banking, ATM, dan layanan di seluruh cabang," ujar Wakil Dirut Bank Mandiri Sulaiman A Arianto.

Wakil Dirut BRI Sunarso menyatakan BRI siap menerima melalui 211.499 unit e-channel BRI.

"Ini terobosan, inovasi terbaru demi terlaksananya tata kelola sawit yang berkesinambungan." (Ire/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya