Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) menatap optimis prospek ekonomi dan bisnis perusahaan di 2022. Pasalnya, berbagai indikator menunjukkan perbaikan dan perseroan mantap untuk bertumbuh mengiringi pemulihan ekonomi nasional.
Demikian disampaikan Direktur Utama PT BRI Sunarso dalam pemaparan kinerja keuangan Triwulan IV 2021, Kamis (3/2). "Seberapa jauh optimisme BRI mengarungi 2022 ini? Saya katakan kami lebih optimis dibandingkan sepanjang 2021," ujarnya.
Sunarso mengatakan, prospek bisnis perseroan sejatinya dipengaruhi dari kondisi ekonomi nasional. Beberapa tantangan diakui muncul dan membayangi laju perekonomian Indonesia.
Tantangan itu ialah pemulihan ekonomi global yang tidak merata, persoalan pandemi yang berbeda di tiap negara, keterbatasan akses vaksinasi di sejumlah negara, hingga kebijakan The Federal Reserve untuk menaikan suku bunga acuan secara bertahap.
Sedangkan dari sisi domestik, berbagai indikator dini perekonomian cenderung menunjukkan tren positif. Hanya, kata Sunarso, varian baru dari covid-19 tak boleh dipandang sebelah mata meski penanganan pandemi saat ini sudah jauh lebih baik.
Dia menambahkan, dengan perbaikan penanganan pandemi dan laju pemulihan ekonomi yang konsisten, ekonomi Indonesia diprediksi bakal tumbuh di kisaran 4,9% hingga 5,9% di 2022. Hal itu menurut Sunarso, selaras dengan proyeksi yang dikeluarkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank.
"BRI sendiri merespons data makro baik domestik maupun global, kita tetap optimistis, dan kemudian optimisme kita, oke ada data makro, domestik, dan global," jelas Sunarso.
Dari situasi dan prospek itu, BRI berkeyakinan bisnis perseroan akan tumbuh jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu diperkuat dengan Indeks Bisnis UMKM yang digarap dan dianalisa oleh bank pelat merah tersebut.
Hasil yang didapat dari survei terhadap pelaku UMKM itu ialah terjadi peningkatan dan perbaikan ekspektasi di triwulan IV 2021 ketimbang triwulan III 2021. "Di triwulan IV 2021 kita dalami lagi, dan menunjukkan semua membaik," kata Sunarso.
Indeks aktivitas bisnis yang dicerminkan oleh kapasitas usaha, nilai penjualan, meningkatnya kapasitas didapati mengalami kenaikan. Lalu indeks ekspektasi bisnis untuk tiga bulan ke depan juga didapati membaik. "Artinya UMKM memiliki optimisme yang tinggi bahwa 3 bulan ke depan, di triwulan I 2022 ini mereka optimis bahwa bisnis mereka masih bisa tumbuh dan bisa dikembangkan," ungkap Sunarso.
"Tak kalah penting adalah bahwa indeks kepercayaan kepada pemerintah dari pelaku bisnis UMKM itu tetap tinggi, ada di atas 100," tambahnya.
Hal itu disebut menjadi dasar yang menguatkan optimisme perseroan di 2022. Optimisme tersebut dituangkan dalam proyeksi bisnis seperti pertumbuhan kredit perseroan ditaksir mencapai 9%-11%; net interest margin 7,6%-7,8%; cost of credit 2,8%-3%; off rate cost growth 6%-8%; dan non performing loan (NPL) ditaksir berkisar 2,8%-3%.
"Ini adalah cermin bahwa kita optimis dan kita proyeksikan dalam bentuk angka-angka yang memang optimis pula," pungkas Sunarso. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved