Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
PANDEMI covid-19 yang melanda dunia pada 2020 tentu menjadi pukulan bagi banyak sektor. Tidak terkecuali bagi para pelaku usaha, termasuk di Indonesia. Kaind, produk batik tenun sutra dengan pewarna alam, juga mengalami dampaknya.
Ketika itu, pada 2019 merek fesyen yang dibangun Melie Indarto itu baru saja melakukan uji coba benang fabrikasi dari serat sutra eri, yang membutuhkan modal hingga Rp50 juta-Rp70 juta. Saat akhir 2019, ketika produk sudah dikenalkan di pameran fesyen dan mereka berencana untuk gas pol mampir ke berbagai rangkaian pameran, justru pandemi menghadang. Akhirnya, alur distribusi pun jadi terhambat. Mereka pun mengandalkan produk ritel yang juga didiversifikasi pada saat pandemi. Meski demikian, produk dari benang fabrikasi serat sutra eri habis seiring dengan waktu dan berkat kematangan instrumen digital yang dimiliki Kaind.
Selain itu, kata Melie, penampilan dirinya saat menjadi narasumber di program Kick Andy Metro TV pada pertengahan 2020 turut mendongkrak larisnya produk-produk Kaind yang punya harga bisa di atas jutaan.
Setelah Kaind masuk Kick Andy, penjualan luar biasa. "Scarf yang harganya Rp1,5 juta ludes. Tentu itu juga jadi mengukur kesiapan digital kami dalam melayani konsumen. Sudah masuk Kick Andy, misalnya, lalu banjir order, tetapi kalau enggak siap, ya, enggak ada manfaatnya juga buat pengembangan brand. Digital sudah menjadi kewajiban pertama yang perlu diatur terlebih dulu waktu mau bikin brand,” kata Melie saat berbincang dengan Media Indonesia, Rabu (2/2).
Melie melihat masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki dalam ekosistem bisnis digital yang dirintisnya. Pertama, bagaimana para pelaku usaha mempresentasikan dan menerjemahkan produk mereka secara dewasa di layar virtual. Hal itu, kata dia, sangat penting agar nilai foto dan produk sepadan. Itu juga menunjukkan kualitas. Menurutnya, banyak merek yang sudah punya situs resmi sendiri, tapi secara tampilan situsnya masih belum memiliki karakter, atau tidak jauh berbeda dengan tampilan katalog lokapasar digital.
Sementara itu, dari pengalamannya ikut beberapa pameran UMKM secara daring yang diselenggarakan pemerintah, Melie melihat masih belum sebanding gembar-gembor promosi yang dilakukan dengan konversi ke penjualan oleh pelaku UMKM. “Pekerjaan rumahnya adalah supaya pelaku UMKM juga bisa mendapatkan sales yang optimal. Enggak cuma brand placing.”
Saat ini, Melie bersama Kaind pun bertekad turut mengatrol kesejahteraan komunitas pekerja mereka di Pasuruan. Setidaknya, secara pendapatan pun bisa turut berimpak. Banyak pekerja Melie tadinya ialah sopir truk, buruh lepas, dan pengangguran. Hadirnya Kaind setidaknya bisa memberikan peluang baru bagi komunitas lokal. (Jek/M-4)
Biodata
Nama usaha: Kaind
Fokus bisnis: Batik tenun sutra dengan pewarnaan alam
Tahun berdiri: 2017
Pemilik/Direktur: Melie Indarto
Tempat, tanggal lahir: Surabaya, September 1989
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved