Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
BERMAIN layangan memang mengasyikkan. Beragam jenis layang-layang telah tersebar di Nusantara. Namun, siapa sangka mainan yang melayang di angkasa itu bisa membuat seisi kota gelap gulita.
Penyebabnya ialah tali yang digunakan untuk menerbangkan dan mengadu layang-layang itu. Umumnya, tali yang digunakan berupa benang nilon yang ditaburi serpihan beling (gelasan). Berbeda dengan itu, di Ketapang, Kalimantan Barat, pemain layang-layang mengganti benang itu dengan kawat.
Alasannya sederhana, menurut pengakuan warga setempat yang enggan disebut namanya, kawat ialah material yang lebih kuat daripada benang layangan pada umumnya. Karena itu, layangan dengan benang kawat tidak akan mudah terputus. Keseruan pun terus terjalin dan semakin memacu adrenalin.
Namun, kesenangan yang dihasilkan tidak sepadan dengan kerugian yang muncul. Layangan kawat itu acap menimbulkan pemadaman listrik yang merugikan dan terjadi dalam tempo cukup lama.
"Laiknya hukum fisika, ketika kawat pada layangan tidak sengaja bersentuhan dengan kabel-kabel pada tiang listrik, itu akan menciptakan gesekan yang menimbulkan percikan api. Percikan api ini yang bahaya sebab banyak gardu listrik yang terbakar karena korsleting dari layangan kawat itu," papar Manajer Proyek PT Wijaya Karya (persero) Tbk (Wika) untuk proyek PLTU Ketapang, Harum Ahmad Zuhdi, di Ketapang, Kalbar, pekan lalu.
Ujung-ujungnya, imbuh Harum, terjadi pemadaman (<>blackout) seketika, atau padam listrik yang tiba-tiba dan memakan waktu berjam-jam. Bagi Harum dan rekan-rekan pekerja proyek, hal itu berisiko memolorkan tenggat penyelesaian pengerjaan proyek. Impaknya, terjadi kerusakan pada trafo yang akan digunakan untuk melakukan uji keandalan dan stabilitas pembangkit listrik.
"Saat ini kan ada dua unit PLTU yang dibangun, yang akan diuji itu unit pertama, dan trafo yang rusak juga unit pertamas ehingga untuk mengakalinya, kami terpaksa pakai trafo unit kedua sambil perbaiki trafo unit pertama," terang Harum.
Meski pihak PT PLN (persero) Area Ketapang sudah rutin melakukan razia bersama Polisi Pamong Praja, masyarakat belum juga jera.
Permainan serupa masih saja ditemukan, paling banyak di daerah Kungsi 8, Ketapang, Kalimantan Barat, tidak jauh dari Jembatan Ale-ale. Dahulu daerah tersebut memang terkenal dengan aksi sabung ayam, dan perjudian.
Sejatinya, masalah benang kawat layang-layang itu sudah terjadi sejak era 1990-an. Kini, dibutuhkan lebih dari sekadar razia untuk menghentikan kebiasaan itu. Sosialisasi dan upaya saling mengingatkan dari seluruh elemen warga harus terus digerakkan. Hal itu harus dilakukan karena mencari kesenangan tidak boleh mengorbankan kepentingan banyak orang. (E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved