Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Generasi Z Generasi Internet

13/2/2015 00:00
Generasi Z Generasi Internet
(AFP)
MANDIRI, asyik sendiri dengan gadget, dan selalu terburu-buru. Itulah potret kehidupan generasi Z, anak zaman yang lahir setelah tahun 1995.

Lahir dan berkembang di era digital, keseharian mereka dimanjakan oleh gadget dan koneksi internet. Tanpa itu, kehidupan mereka terasa hampa.

Saking tidak bisa dipisahkan dengan dunia digital, beberapa akademisi menjuluki mereka sebagai 'mutan'. Teknologi digital ini juga menjadi penggerak kehidupan mereka, mulai rutinitas sehari-hari, gaya hidup, cara bersosialisasi, hingga profesi.

Dalam karier, mereka ingin menciptakan lapangan kerja sendiri. Sebanyak 50%-72% dari mereka bahkan memilih untuk menjalankan usaha sendiri.

Bagi mereka, konsep bisnis yang tradisional terkesan kompleks dan brutal. Maka dari itu, mereka percaya diri kesukseksan berasal dari koneksi, bukan kualifikasi. Pun, mereka cenderung memilih struktur profesi yang egaliter ketimbang hierarkis.

Dengan gaji yang sama, 25% generasi Z di Prancis memilih pekerjaan yang paling menyenangkan. Sebanyak 22% memilih pekerjaan yang paling inovatif dan 21% memilih pekerjaan yang paling etis.

Yang paling utama, meraka ingin mencapai kesuksesan lewat hobi yang disalurkan ke pekerjaan. Tentunya pekerjaan yang dilakukan berdasarkan hobi akan bergantung juga pada apa yang mereka ketahui tentang hobinya, seperti apa lingkungan mereka yang mendukung hobi dan bagaimana masa depan pekerjaan mereka.

Mari kita mulai dari apa yang mereka ketahui. Tumbuh bersama perkembangan teknologi, generasi yang berusia sekitar 20 tahun ini sudah pasti mengandalkan internet untuk mendapat informasi. Bahkan, lewat internet mereka bisa belajar secara autodidak.

Misalnya, ketika ingin menggeluti profesi sesuai hobi, mereka akan menggali tutorial dari situs-situs yang tersebar di internet. Youtube, Google, dan beberapa situs lain menjadi rujukan ketika mereka membutuhkan informasi.

Lewat media itu juga mereka bisa mengetahui apa pun yang dapat menunjang pekerjaannya. Walakin, implikasi dari kebebasan informasi ialah mereka dengan mudah mengulik situs dengan konten kekerasan dan pornografi.

Dalam bersosialisasi, generasi Z merasa lebih mudah untuk menjalin interaksi secara online ketimbang ketika bertemu langsung. Meski bagi millenial dipandang sebagai asosial, generasi Z malah memandang media sosial ialah kehidupan sosial sesungguhnya.

Kendati begitu, generasi ini punya cara pandang tersendiri tentang masa depan. Kebanyakan dari mereka stres lantaran cemas memiliki masa depan yang suram. Terutama dengan kondisi ekonomi yang mengalami krisis serta pemanasan global yang mengancam lingkungan. (AFP/Muhammad Andika Putra/E-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya