Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Pasar Waspadai Pelemahan Akibat Omicron dan Tingginya Inflasi AS

Fetry Wuryasti
06/12/2021 15:12
Pasar Waspadai Pelemahan Akibat Omicron dan Tingginya Inflasi AS
Karyawan memotret layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/11).(Antara)

HARGA Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (6/12) dibuka pada level 6.552,82, dari penutupan pekan lalu di level 6.538,50. Pagi ini IHSG mewaspadai koreksi seiring dengan melemahnya bursa global dan regional. Indeks Kospi dibuka melemah -0,56%% dan Nikkei dibuka melemah -0,22%.

"Pekan ini, data inflasi AS bulan November dijadwalkan akan rilis, dengan estimasi di angka 6,7%. Yield UST 10Y turun ke level 1,35%, dan USD index turun -0,01% ke level 96.15," kata Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma, Senin (6/12).

Bursa Amerika Serikat ditutup melemah pekan lalu. Indeks Dow Jones ditutup -0,17%, NASDAQ -1,92%, S&P 500 -0,84%. Indeks utama Wall Street ditutup melemah di akhir pekan lalu dengan Nasdaq memimpin penurunan.

"Investor bertaruh bahwa laporan pekerjaan yang kuat tidak akan memperlambat penarikan dukungan Federal Reserve sementara mereka bergulat dengan ketidakpastian di sekitar varian virus korona omicron," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.

Kekhawatiran terkait varian omicron dan data pertumbuhan nonfarm payroll bulan November yang jauh di bawah ekspektasi, hanya tumbuh 210.000, dari konsensus yang sebanyak 537.000, menjadi faktor utama yang menekan pasar AS pada Jumat (3/12) lalu.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan minggu ini bahwa bank sentral akan mempertimbangkan penghentian lebih cepat dari program pembelian obligasi, mendorong spekulasi bahwa kenaikan suku bunga juga akan diajukan. Hal ini merupakan yang dikhawatirkan investor sehingga terjadi aksi jual di pasar saham.

Selain itu, pergerakan harga minyak dunia menjadi perhatian pelaku pasar, pasca penguatan signifikan dalam satu tahun terakhir. Kenaikan harga tersebut memberikan dampak pada kenaikan inflasi yang lebih cepat.

Memang penurunan harga minyak juga terjadi sejak satu bulan terakhir ini, seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar terkait inflasi Amerika Serikat yang mencapai level tertinggi sejak November 1990 dan berada di atas target bank sentral yaitu 2%.

Kenaikan inflasi tersebut memicu spekulasi pelaku pasar terkait kebijakan Fed yang dinilai dapat memberikan dampak fluktuasi pada pasar keuangan. Saat ini pelaku pasar merespon upaya OPEC+ terkait rencana untuk meningkatkan produksi bulanan sebesar 400.000 barel per hari.

Kenaikan dari produksi ini memicu spekulasi pelaku pasar terhadap potensi kenaikan harga minyak pada pasar spot. Pada satu sisi, sentimen dari varian Omicron masih memberikan tekanan pada harga, yang membuat pemulihan dari sektor riil berpotensi melambat apabila tidak tertangani dengan baik.

Mengacu pada riset dari JP Morgan, mereka memproyeksikan kenaikan pada harga minyak melampaui US$125 per barel tahun depan dan US$150 pada tahun 2023 karena kekurangan yang disebabkan oleh kapasitas dalam produksi OPEC+. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya