Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
DI tengah peningkatan konsumsi seiring bertambahnya populasi, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pasokan energi semata dari sumber daya di dalam negeri. Berkurangnya cadangan minyak nasional harus diiringi dengan upaya ekspansi mencari sumber energi hingga ke Rusia, Afrika, dan Timur Tengah.
Di ‘Negeri Beruang Merah’, BUMN energi PT Pertamina (persero) terus menjajaki kelanjutan kerja sama dengan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft. Pertamina terus mengkaji peluang kemitraan di sektor pengolahan hingga kepemilikan aset hulu migas.
“Paling tidak harapan kerja sama tidak hanya di satu sektor, tapi masuk ke aset-aset hulu migas Rusia. Penjajakan akan diteruskan (karena) ada potensi di sana,” tutur Vice President of Corporate Communication of Pertamina Wianda Pusponegoro di Jakarta, Rabu (11/5).
Kerja sama sisi pengolahan itu diharapkan Wianda akan berlanjut sesuai tenggat. Jika tercapai, framework agreement dengan pihak Rosneft bisa dilakukan. “Kita belum dapat detail, tapi dapat kesempatan review yang bisa dijajaki bersama,” ujarnya.
Selain Rusia, Pertamina sudah mendapat izin tambah produksi menjadi 19 ribu barel per hari (bph). Tambahan tersebut diupayakan dari wilayah Asia Tenggara, Afrika, dan Timur Tengah. “Aset, investasi, eksplorasi, dan kecocokan kondisi minyak mentah menjadi fokus yang dikaji Pertamina,” tutur Wianda.
Pihaknya juga telah menyampaikan minat untuk memperpanjang kontrak dua blok migas, yaitu Blok Tuban dan Blok Ogan Komering. Pertamina telah menyediakan investasi US$257 juta (Rp3,3 triliun) untuk mengembangkan dua blok tersebut setelah ada kontrak baru.
Blok Ogan Komering dengan mitra Talisman memiliki nilai investasi sampai US$200 juta meskipun produksi lebih kecil. Blok tersebut memiliki potensi cadangan 2 mmboe dengan target produksi 2016 sebesar 3 mboepd. Selain itu, Blok Tuban akan dilanjut kelola dengan investasi mencapai US$80 juta. Dengan mitra Petrochina, potensi cadangan sampai 4 mmboe dan target produksi 2016 4 mboepd.
“Pertamina punya diskusi intens dengan pemerintah. Total investasi hulu US$3 miliar-US$3,5 miliar untuk mencapai produksi cadangan sampai 50 juta bph,” tandas Wianda.
Fasilitas DPPU Kualanamu
Di sektor hilir, Pertamina mulai mengoperasikan sarana dan fasilitas baru di depot pengisian pesawat udara (DPPU) untuk stok dan pasokan avtur di Bandara Kualanamu, Sumatra Utara. Peresmian operasional sarana yang terdiri dari conventional buoy mooring (CBM), pipa bawah laut, dan fasilitas penerima itu dilakukan Direktur Pemasaran Ahmad Bambang di Bandara Kualanamu Deli Serdang, Sumatra Utara, Rabu (11/5).
“CBM dapat mempercepat distribusi avtur ke Bandara Kualanamu dan memangkas waktu jika dibandingkan dengan pola pasokan jalur darat dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Medan Group di Labuhan Deli, Medan,” kata General Manager Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut Pertamina Romulo Hutapea dalam keterangan resmi, Rabu (11/5).
Selain untuk menjaga keandalan pasokan, fasilitas CBM itu untuk mengantisipasi perkembangan Bandara Kualanamu di masa mendatang. (Tes/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved