Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (29/9) dibuka pada level 6.100,83, dari penutupan kemarin di level 6.113,11. Pergerakan masih berpotensi melanjutkan koreksi, pada hari dibayangi kekhawatiran akan tapering serta kenaikan imbal hasil yield treasury Amerika Serikat. Dari dalam negeri juga masih minim sentimen.
"Dengan tertekannya bursa global dan minimnya sentimen positif, kami memperkirakan IHSG akan bergerak cenderung negatif pada hari ini. Pagi ini indeks Nikkei terpantau turun -1,9% dan Kospi -1,4%," kata Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma, Rabu (29/9).
Pada perdagangan semalam, bursa saham AS ditutup melemah. Indeks Dow turun -1,63%, S&P500 -2,04% dan Nasdaq terkoreksi -2,83%. Sentimen negatif datang dari belum disetujuinya proposal untuk menaikkan batas utang AS oleh Kongres untuk menghindari shutdown pada 18 Oktober mendatang.
Pelaku pasar juga masih mencermati krisis energi, dan kemungkinan peningkatan inflasi didorong oleh peningkatan harga pasokan terutama dari energi karena tingginya permintaan dan rendahnya pasokan. Saat ini pemerintah AS sedang mempercepat proses pendanaan operasional dengan batas waktu hari Jumat minggu ini waktu setempat.
Bursa saham AS juga masih cukup khawatir dengan meningkatnya yield 10 tahun obligasi US yang mencapai 1,558% seiring dengan ekspektasi investor terhadap The Fed yang akan menghentikan pembelian obligasi dan diiringi kenaikan inflasi dalam waktu singkat. Kenaikan yield disinyalir akan meningkatkan beban bunga pada penerbitan obligasi korporasi. Di sisi lain, Index VIX, yang mengukur volatilitas bursa saham, terangkat +23,9% menjadi level 23,25.
Bursa Eropa juga mengalami pelemahan seiring dengan adanya krisis energi yang menyebabkan harga gas alam melonjak +280% ytd di Eropa dan +180% di AS. Rendahnya persediaan serta kurangnya suplai akibat cuaca menjadi penyebab utama krisis tersebut.
Dari pasar komoditas, harga-harga komoditas utama bergerak mixed. Harga minyak turun -1,4%, nikel -2,1%, tembaga -0,7% dan Emas -0,9%. Sementara itu, harga batubara terangkat +1,4%, timah +2,4% dan CPO +1,8%. (OL-13)
Baca Juga: Terkait Illegal Fishing, KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Berisikan WNI
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved