BOLEHKAH menangis di tempat kerja? Jawaban standar untuk pertanyaan itu tentu saja, ''Jangan (menangis) di tempat kerja. Kecuali ada seseorang meninggal.''
Secara umum, tempat kerja merupakan wilayah formal yang tidak banyak memberikan ruang untuk mengekspresikan emosi, apalagi menangis. Ada anggapan yang muncul jika Anda menangis di tempat kerja. Jika Anda laki-laki, Anda akan dianggap lemah. Apabila Anda perempuan, Anda dinilai terlalu emosional.
Namun, ada aliran baru pemikiran yang muncul bahwa kita ialah manusia sehingga menjadi emosional merupakan hal yang manusiawi.
''Masalah emosi di tempat kerja tidak akan memicu pemberian sanksi pada karyawan perusahaan di Amerika Serikat,'' kata mantan eksekutif HR Cynthia Shapiro, penulis Corporate Confidential.
Menurut Jim Whitehurst, CEO of open-source pembuat perangkat lunak Red Hat dan mantan COO of Delta Airlines, air mata justru bisa menjadi indikator seberapa besar dedikasi karyawan terhadap pekerjaan.
''Seseorang yang tidak sepakat dengan arah yang dijalankan perusahaan tidak akan menangis di tempat kerjanya. Seseorang yang berdedikasi pada pekerjaannya justru bisa menangis,'' kata psikolog organisasi Liane Davey.
Namun, lebih dari itu, ada informasi bisnis yang berharga yang akan diperoleh saat seseorang menangis. Menurut Davey, hal itu akan memperbaiki disfungsional tim eksekutif perusahaan untuk bekerja lebih baik bersama-sama.
''Air mata ialah data emosional. Mereka sinyal bahwa sesuatu yang sangat penting sedang terjadi,'' katanya.
Davey mencontohkan kasus seorang eksekutif di perusahaan teknologi yang merasa tidak diperhatikan CEO dan koleganya. Meski divisi yang dibawahkannya merupakan penggerak pendapatan perusahaan, ia merasa tidak dihargai. Yang lebih menyesakkan lagi perusahaan tidak mengerti hal tersebut.
Ia tidak bisa menampakkan emosinya. Hal itu membuat sang eksekutif frustrasi dan merasa tidak dihargai di tempat kerjanya.
Air mata, tentu saja, merupakan hal yang manusiawi. Seperti halnya yang dialami seorang direktur sumber daya manusia, Shapiro, yang harus memberhentikan banyak orang yang ia telah rekrut. Dia akhirnya menangis ketika dia melakukannya.
''Ternyata baik-baik saja karena mereka bisa melihat saya peduli,'' kata Shapiro.
Whitehurst, yang berada di posisi harus memberhentikan banyak karyawan saat perusahaan hampir bangkrut, menilai akan lebih sehat jika para eksekutif senior menangis ketika mereka merasa kewalahan. Sebaliknya stres akibat berupaya keras menahan emosi dapat memicu penyakit melalui sakit dada dan insomnia.(*/E-3)