Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Masyarakat Cenderung Lunasi KPR Lebih Awal

Iqbal Musyaffa
08/4/2016 13:15
Masyarakat Cenderung Lunasi KPR Lebih Awal
(Dok.MI)

TERNYATA, masyarakat Indonesia umumnya menghindari jeratan utang dalam jangka waktu lama. Karena itu, mereka akan berusaha melunasi utang sebelum akhir masa tenor perjanjian kredit, termasuk juga untuk kredit pemilikan rumah (KPR).

Hal tersebut tampak pada hasil survei Property Sentiment Report yang dilakukan Rumah123.com terhadap 12 ribu responden, 2.200 di antaranya asal Indonesia.

"Sebanyak 80% masyarakat Indonesia cenderung ingin melunasi KPR lebih awal sebelum masa akhir pinjaman. Apabila mendapatkan uang lebih, masyarakat akan berusaha melunasi," ujar Country Manager Rumah123.com Ignatius Untung pada saat pemaparan hasil survei Property Sentiment Report di Jakarta, Selasa (5/4).

Dalam menanggapi hal itu, Sekretaris Perusahaan BTN Eko Waluyo mengakui memang sebagian masyarakat tidak menunggu sampai batas akhir tenor pembayaran KPR selesai. "Dengan masa tenor 15 tahun, rata-rata nasabah kami menyelesaikan pembayaran selama 10 tahun, 4 bulan. Jadi, memang dilunasi lebih awal," ujarnya.

Menurutnya, nasabah melunasi KPR lebih awal antara lain karena memiliki kapasitas ataupun peningkatan pendapatan sehingga mampu melunasi lebih awal. Alasan lainnya ialah karena unit rumah yang dibeli sudah dijual kembali sehingga tagihan KPR pun harus segera dilunasi.

"Di luar negeri, ada insentif bagi masyarakat yang punya kredit berupa pengurangan beban pajak penghasilan selama masa angsuran sehingga mereka lebih memilih untuk mengikuti waktu perjanjian kredit. Di Indonesia tidak ada sehingga banyak yang melunasi di awal. Dengan pelunasan kredit KPR lebih awal, masyarakat berharap dapat mengajukan kredit lainnya untuk keperluan lain."

Sementara itu, Direktur Housing Urban Development Zulfi Syarif Koto mengatakan memang pada umumnya masyarakat Indonesia takut memiliki utang dalam jangka waktu lama. Meskipun ada batasan masa pengembalian pinjaman 20 tahun, mereka lebih banyak memilih tenor 15 tahun.

"Mereka akan berusaha melunasi di awal meskipun dikenai peĀ­nalti 2%-5% dari angsuran apabila dilunasi di awal. Akan tetapi, bagi masyarakat, itu tidak masalah. Yang terpenting ialah utang lunas dan mereka juga mendapatkan aset berupa rumah."

Rumah baru atas bekas
Hasil survei Property Sentiment Report juga menyebutkan, untuk mempermudah pembiayaan dan pembayaran, sekitar 50% responden memilih menggunakan KPR yang berasal dari bank tempat mereka menabung, 26% berdasarkan referensi teman dan kerabat, dan 24% karena nama besar bank.

"Bank terbanyak yang direkomendasikan untuk pengajuan KPR ialah BTN sebesar 28%, Bank Mandiri 26%, BNI 24%, dan BRI 20%. Untuk bank swasta, 49% masyarakat merekomendasikan BCA dan 19% merekomendasikan CIMB Niaga," ujar Ignatius Untung.

Hasil survei itu juga menyebutkan bahwa masyarakat tidak peduli apakah rumah yang dicari ialah rumah baru atau rumah bekas. Selama harga dan metode pembiayaan pembelian rumah dianggap memadai maka akan dijadikan pilihan. "Sebanyak 44% responden mencari rumah baru dan bekas, sedangkan yang mencari rumah baru sebanyak 34% dan 14% yang hanya mencari rumah bekas."

Disebutkan, rumah tapak masih merupakan primadona pencarian masyarakat yang membutuhkan properti dengan jumlah persentase sebanyak 64%. Sekitar 20% responden lainnya menyatakan lebih tertarik untuk membeli tanah dan 9% tertarik membeli apartemen.

Hal tersebut, jelas Ignatius Untung, tidak terlepas dari lebih banyak masyarakat yang mencari properti untuk dijadikan rumah pertama dengan persentase 48%, 29% responden mencari properti untuk kepentingan investasi, dan 23% lainnya mencari properti untuk menambah jumlah aset yang sudah mereka dimiliki.

Seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, saat ini jumlah masyarakat yang mencari rumah dengan harga Rp300 juta-Rp500 juta meningkat dari 27% pada 2015 menjadi 31%. Yang mencari rumah dengan harga di bawah Rp300 juta menurun, dari 53% pada 2015 menjadi 41%. "Sebanyak 51% masyarakat mencari rumah berdasarkan harga, 49% berdasarkan area, dan 5% berdasarkan nama besar pengembang." (S-2)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik