Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KISAH tentang suksesnya suksesi dirintis Ridho Ferman Shatrio, 24, sejak masih kuliah. Selama lima tahun mengembangkan usaha yang semula dirintis sang ibu, kini ia menjadi pengusaha perlengkapan tidur papan atas di Sumatra Barat.
Soraya Bed Sheet, nama perusahaannya, memproduksi sekitar 3.000-4.000 bahan perlengkapan tidur setiap bulannya, mulai bed cover, seprai, sarung bantal, hingga selimut.
Dari lokasi produksinya di Siteba, Kota Padang, produk Soraya telah tersebar ke seluruh Nusantara. Ridho kini mempekerjakan sekitar 50 orang, kebanyakan warga kampung sekitar Siteba. Toko Soraya sudah mencapai delapan cabang, tersebar di Padang, Pekanbaru, dan Bekasi.
“Kami pemain utama dalam hand made perlengkapan tidur, juga terlengkap di Sumbar Riau,” ujarnya saat ditemui di rumah sekaligus pabriknya, Kamis, (21/1).
Pembeda Soraya dengan produk lainnya ialah kekencangan seprai dalam melapisi kasur dipastikan betul lewat penggunaan karet yang bermutu. Kombinasi desain pun dibuat beragam. “Kualitas kami bagus, namun harga relatif terjangkau. Harga produk kita mulai Rp25 ribu hingga Rp3 juta,” tukas Ridho.
Ridho juga menerapkan prinsip mal dalam tokonya. “Toko-toko Soraya dibikin layaknya pusat belanja, ber-AC, dan layanan prima sehingga pembeli menjadi nyaman berkunjung ke toko,” kata Ridho.
Memilih jadi pengusaha
Ridho merintis bisnisnya sejak 2009 saat masih berusia 19 tahun dan kuliah semester I jurusan akuntansi Universitas Bung Hatta, Padang.
Sedari belia, Ridho mengaku memang memilih jalan wirausaha. “Konsekuensinya, hilang masa-masa muda yang biasanya penuh hura-hura dan bermain,” kata Ridho yang menuntaskan kuliahnya pada akhir 2015.
Ia mengaku, saat kuliah hanya fokus pada perkuliahan. Ia menafikan organisasi dan berkumpul sama-sama teman. Sebab, ujarnya, banyak hal yang harus ia urus untuk membesarkan Soraya. Ia tidak ingin setengah-setengah dalam membuka usaha.
Pemicunya, kata pria kelahiran 21 Agustus 1991 itu, sejak kecil ia sudah menjadi anak yatim sehingga hidup dalam keterbatasan. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ibunya membuka usaha jahit di rumah sepulang dari bekerja sebagai PNS.
“Ibu menasihati, kalau mau mengubah nasib, membuka usaha adalah pilihan yang tepat,” kata Ridho.
Profesi sampingan ibunya itu menjadi cikal bakal Soraya Bed Sheet. Pada 2007, kakaknya turut membantu usaha jahit sang bunda. Mesin jahit pun berbiak menjadi enam buah.
“Kala itu, masih menjahit baju anak-anak kelas rumahan. Untuk menjual ada satu toko di Pasar Siteba,” jelasnya.
Terhadang gempa
Pada 2009, dengan meminjam uang senilai Rp50 juta ke bank, mereka mengembangkan usaha jahit rumahan itu. Bukan lagi baju anak-anak, melainkan aneka perlengkapan tidur.
“Logikanya, setiap rumah tangga, pasti mengganti seprai atau bed cover, satu kali seminggu. Itu dilakukan semua rumah tangga,” jelas Ridho.
Perjalanan merintis itu sempat terhadang bencana gempa pada 30 September 2009. Laju Soraya sempat tersendat karena toko di Pasar Raya Padang rusak akibat gempa. Ridho pun merugi.
Pascagempa, Ridho bersama Soraya bangkit. Dengan modal terbatas, ia menjajaki pasar di Kepulauan Riau. Sebuah cabang toko didirikan di Pekanbaru.
“Cabang Pekanbaru sampai sekarang cukup memberi untung,” terang Ridho.
Sekarang, produksi Soraya didukung 50 mesin besar dan masih tersisa mesin lama yang relatif kecil. Produksi mereka sudah termasuk kelas konveksi.
Produksi yang terus melaju dibagikan Ridho pada karyawan. Mereka mendapat fasilitas BPJS Kesehatan. Pada 2013, juga dibangun koperasi simpan pinjam dengan keanggotaan terbuka bagi semua karyawan.
“Sekitar 90% karyawan sudah didaftarkan ke BPJS,” ujarnya.
Juara kompetisi
Pada 2015, Soraya Bed Sheet juga telah berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dengan nama Soraya Berjaya Indonesia. “Kata Soraya berasal dari Solok, Rao-Rao, dan Berjaya. Solok dan Rao-Rao merupakan kampung asal orangtua,” ujar Ridho.
Jalan pengusaha pilihan Ridho juga menuai prestasi. Pada 2011, ia meraih juara I Wirausaha Muda Mandiri tingkat nasional. Selanjutnya, pada 2013 dan 2014, ia juara pada ajang yang sama untuk tingkat Sumatra.
Soraya juga kian istimewa karena juga eksis di media sosial. Sorayabedsheet.com telah diluncurkan untuk memajang aneka produk plus melakukan transaksi.
“Buat apa lempar kail jauh, kalau di bawah kita banyak ikan besar. Buat apa jauh-jauh cari kerja, kalau di dekat kita bisa dikembangkan,” celoteh Ridho.
Di masa mendatang, ia menargetkan membangun plaza seprai. “Kalau ada ruko 3 tingkat, akan kita jadikan plaza!” (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved