Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Semester II Jadi Penentu Pertumbuhan Ekonomi

M Ilham Ramadhan
19/6/2020 06:00
Semester II Jadi Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) menyampaikan tanggapan pemerintah pada rapat paripurna DPR di kompleks parlemen, Jakarta, kemarin.(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

PEMERINTAH merevisi perkiraan batas atas pertumbuhan ekonomi 2020 dari 2,3% menjadi 1%. Hal ini dilakukan sebagai respons dari pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 yang terkontraksi cukup besar, yakni -3,1%.

“Outlook pertumbuhan proyeksi menjadi -0,4% hingga 1%. Batas atas kami turunkan dari 2,3% menjadi 1%,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR, kemarin.

Sejalan dengan pemerintah, Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan pertumbuhan akhir tahun berada di kisaran 0,9% hingga 1,9%.

Pertimbangannya sama, yakni penurunan pertumbuhan ekonomi nasional yang menurun di triwulan II 2020.

Adapun revisi pertumbuhan itu masih lebih optimistis ketimbang proyeksi beberapa lembaga internasional, seperti Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 0% dan Asian Development Bank (ADB) sebesar -1%.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 amat ditentukan pertumbuhan di triwulan III dan IV.  

“Ini sangat bergantung dari kemampuan kita untuk pulihkan ekonomi di triwulan III dan IV atau semester II tahun ini,” pungkasnya.

Arah pemulihan

Pantauan BI, pada Mei 2020 tekanan perekonomian domestik mulai berkurang.

“Kontraksi ekspor tidak sedalam perkiraan sebelumnya,” ucap Perry.

Bahkan, neraca perdagangan surplus US$2,09 miliar, yang berarti membaik jika dibandingkan dengan April 2020 yang defisit US$372,1 miliar.

Permintaan domestik juga mengindikasikan telah berada di level terendah dan menuju tahap pemulihan. Hal ini terlihat dari penjualan semen ritel dan ekspektasi konsumen lebih dari capaian sebelumnya.

Oleh karena itu, BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi pada triwulan III 2020 sejalan degan relaksasi PSBB pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan fiskal dan moneter ataupun prog­ram pemulihan ekonomi nasional.

Gubernur BI Perry Warjiyo me­yakini bahwa pada 2021 nanti ekonomi Indonesia kembali bangkit hingga menyentuh 6%.

“Kembali meningkat pada kisaran 5%-6% pada 2021 didorong dengan perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan faktor statistik,” ungkapnya.

Guna mendukung pemulihan ini, BI juga kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%.

Penurunan suku bunga acuan diharapkan akan menurunkan bunga kredit, pasar uang, deposito, dan imbal hasil untuk surat berharga negara dalam masa covid-19 sehingga biaya dari APBN bisa ditekan.

Lebih lanjut, kepercayaan dunia internasional terhadap perekonomian Indonesia juga terus meningkat.

Hal ini dapat dilihat masuknya aliran dana asing yang hingga per 15 Juni tercatat US$7,3 miliar.

Pemerintah pun sukses menerbitkan sukuk global sebesar US$2,5 miliar yang mencatatkan kelebihan permintaan hampir 6,7 kali. (Iam/E-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya