Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
ADIKSI masyarakat menyusuri dunia maya lewat perangkat digital seperti ponsel pintar dan komputer tablet semakin menjadi.
Pemilik ponsel pintar di negeri ini bisa mengecek perangkat mereka hingga 200 kali dalam sehari atau setiap lima sampai 10 menit sekali.
"Sebelum terlelap atau kala terbangun dari tidur, ponsel menjadi benda terakhir dan pertama yang mereka periksa," ujar CEO Lazada Magnus Ebkom dalam diskusi bertajuk Fakta di Balik Kelekatan Masyarakat Indonesia dengan Smartphone, di Jakarta, Senin (22/2).
Karena itu, imbuhnya, bukan sebuah kejutan bila di akhir tahun ini pengguna internet di Indonesia itu bisa mencapai 100 juta orang, membubung 50 kali lipat dari kisaran 2 juta orang di awal booming internet di negeri ini pada 2000.
Bahkan, dalam lima tahun mendatang, angka itu bisa berlipat 100% di atas 200 juta pengguna.
"Peningkatan aktivitas itu berdampak pula pada geliat kinerja industri ekonomi digital," tuturnya.
Survei yang dilakukan Lazada kepada konsumen mereka menunjukkan 9 dari 10 orang saat ini sudah berbelanja daring menggunakan ponsel pintar.
Selain itu, 50% dari total responden memiliki tiga sampai lima aplikasi belanja.
"Dari hasil survei, masyarakat biasanya mengunduh aplikasi baru sekali setiap bulan dengan 50% dari mereka mengunduh aplikasi belanja online," jelasnya.
Dia mengungkapkan, 50 % pengguna selalu mengecek ponsel miliknya 100 hingga 200 kali dalam sehari.
Bahkan, pengguna ponsel pintar di Indonesia menghabiskan waktu 2 jam 55 menit untuk melihat dan bermain ponsel pintar daripada nonton televisi yang menghabiskan 2 jam 22 menit.
"Jadi, pengguna mengecek smartphone setiap 5-10 menit sekali," jelasnya.
Hasil survei juga menunjukkan Lazada duduk di rangking pertama toko daring paling populer di negeri ini.
Tahun 2016 ini diperkirakan akan menjadi tahun emas bagi penjualan daring atau online shop, terutama via ponsel pintar.
"Aplikasi mobile bisa mencapai 45%. Itu memberi manfaat besar terhadap peningkatan performa industri e-commerce di Indonesia," ujar pengamat e-commerce dari Institut Teknologi Bandung, Kun Arief Cahyantoro.
Data yang didapatnya menunjukkan pada Januari 2017, penjualan dan pembelian melalui aplikasi mobile diprediksi mencapai 34,97 juta, mengalahkan aktivitas serupa melalui perangkat komputer (PC) yang hanya 30,25 juta.
Kecenderungan itu, lanjut Arief, disebabkan tiga faktor utama.
"PC pasti lama membuka internet, melalui ponsel bisa langsung. Kemudian ponsel bisa dibawa ke mana-mana dan kapan saja bisa mengakses. Terakhir terkait dengan lifestyle, orang lebih senang bawa ponsel," bebernya. (Adhi M Daryono/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved