Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Genjot Biodiesel, Strategi Pemerintah Kurangi Impor BBM

Nuriman Jayabuana
12/2/2016 13:40
Genjot Biodiesel, Strategi Pemerintah Kurangi Impor BBM
(Dirjen EBTKE, Rida Mulyana -- MI/M. Irfan)

PRODUKSI bahan bakar minyak di Indonesia sudah tak mampu mengimbangi kebutuhan dalam negeri.

Asumsi makro dalam APBN 2016 mencantumkan target lifting (produksi) minyak sebesar 830 ribu barel per hari. Sementara kebutuhan BBM di Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari. Kekurangan 800 ribu barel per hari tersebut akhirnya harus tepenuhi melalui impor untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri.

Pemerintah menyiapkan strategi untuk mengurangi impor BBM. Salah satunya dengan meningkatkan pemanfatan bahan bakar nabati biodiesel di dalam negeri. Pemanfaatan biodiesel secara agresif diyakini mampu mengurangi impor BBM puluhan triliun rupiah.

“Impor BBM kurang lebih bisa dihemat US$2 miliar untuk 2016 dengan asumsi harga crude (minyak mentah) yang sekarang. Menghemat kurang lebih Rp30 triliun. Itu targetnya yang bisa kita capai,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana pada forum energi internasional Bali Clean Energy Forum di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/2).

Biodiesel merupakan jenis bahan bakar nabati pada mesin diesel. Kandungan bahan bakar hijau tersebut merupakan hasil pencampuran solar dengan hasil pengolahan CPO (crude palm oil/sawit). Kandungan CPO dalam biodiesel jenis B20 mencapai 20 persen dari kandungan bahan bakar tersebut.

Kondisi pelemahan harga minyak dan komoditas sawit merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mengurangi impor BBM. Di sisi lain juga menawarkan peluang untuk menggenjot produksi bahan bakar nabati tersebut. Sebab, Indonesia merupakan salah satu eskportir komoditas sawit terbesar di dunia.

Pemerintah meningkatkan target penyerapan biodiesel di dalam negeri pada tahun ini menjadi 6,5 juta kiloliter. Berlipat ganda dari target 2015 yang memasang target penyerapan biodiesel sebanyak 1,8 juta kiloliter.

“Kita perlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia berkomitmen untuk menjalankan B20 secara konsisten,” ujar dia.

Rida optimistis terhadap target penyerapan biodiesel yang dibidik tersebut. Sebab pemerintah telah menyepakati perluasan penyerapan biodiesel mulai tahun ini. Tak hanya kepada sektor transportasi dan industri, pemerintah juga mewajibkan penyerapan biodiesel pada pembangkit listrik.

“Tahun lalu biodiesel untuk pembangkit itu penyerapannya 0. Makanya ada perubahan perpres, yang menambah kewajiban pembangkit listrik untuk menyerap,” ujar Rida.

Pemerintah memahami ada tantangan yang paling mengemuka pada upaya meningkatkan penggunaan biodiesel. Salah satunya keraguan konsumen menggunakan biodiesel karena takut mengalami kerusakan mesin.

Rida mengungkapkan dana yang tersalur untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan (research and development) B20 menjamin kualitas biodiesel yang beredar.

“Berdasarkan hasil uji jalan, penggunaan B20 tidak ada masalah dan tidak memerlukan adanya modifikasi mesin,” ujar dia.

Kementerian ESDM juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggelar roadshow pemanfaatan biodiesel pada belasan kendaraan roda empat merk pabrikan ternama industri otomotif. Lintasan perjalanan
yang ditempuh dalam roadshow tersebut mencapai 5.500 km dengan menggunakan biodiesel.

“Ini merupakan bentuk sosialisasi dan edukasi kepada semua pihak, khususnya kepada konsumen agar tidak ragu lagi mengkonsmsi B20,” kata Rida.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Bayu Krisnamurti mengungkapkan dana sawit yang tak terserap pada tahun lalu mencapai Rp6 triliun akibat masih minimnya penyerapan. Sementara dana yang dapat terkumpul di tahun ini sekitar Rp9 triliun. “Sehingga untuk tahun ini ada dana Rp15 triliun untuk mendukung program B20,” ujar dia.

Dia memperkirakan dana tersebut mampu mendukung kebutuhan target produksi B20 bersubsidi pada 2016. Menurutnya, kapasitas produksi biodiesel di Indonesia masih terbilang oversupply akibat minimnya penyerapan.

“Saat ini kapasitas produksinya mungkin sudah 6,5 juta kiloliter per tahun. Tapi konsumsinya baru sekitar 3,2 juta kiloliter, kalaupun ditambah dengan yang non-PSO, jatuhnya mungkin 6 juta, jadi masih berlebih pasokannya,” ujar dia.

Menteri ESDM Sudirman Said mengungkapkan pemerintah menerapkan kebijakan yang lebih visioner dalam pemanfaatan energi. Kebijakan energi yang dijalankan, ujarnya, mesti berdampak baik dalam jangka panjang, dan di sisi lain juga menjamin peningkatan efisiensi energi.

Menurutnya, ketergantungan impor BBM secara bertahap mesti dihilangkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan. “Impor BBM kita mencapai 700-800 bph (barel per hari), tentunya yang menjadi penikmatnya hanya importir. Padahal potensi energi terbarukan sangat besar untuk ditingkatkan, dan kedaulatan paling hakiki hanya tercapai kalau kita bisa memenuhi kebutuhan energi dari kita sendiri,” ujar Sudirman.

Sudirman mengungkapkan pemerintah akan terus agresif mengembangkan energi baru terbarukan. “Ini merupakan suatu milstone bagi pemerintah, kita tak akan menengok ke belakang dalam mengembangkan energi baru terbarukan. Biodiesel potensinya sangat besar dan petani sawit juga diuntungkan karena secara market posisi sawit kita menjadi lebih kuat,” ujar dia.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya