Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Distribusi Pangan akan Diubah

Anastasia Arvirianty
10/2/2016 01:35
Distribusi Pangan akan Diubah
(MI/Arya Manggala)

PANJANG dan kusutnya rantai pasokan diyakini menjadi salah satu penyebab utama tingginya harga pangan di Indonesia. Pemerintah pun akan melibatkan lebih banyak pihak untuk memangkas rantai tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah nantinya tidak hanya mengandalkan Perum Bulog sebagai distributor bahan pangan, tapi juga berencana menggandeng BUMN lain untuk tugas yang sama. "Yang pasti perlu mengubah jalur distribusinya," ujar Darmin seusai rakor pangan di Jakarta, Selasa (9/2).

Ia menjelaskan pemerintah sudah mulai membahas rencana tersebut dengan Kementerian BUMN. "Nanti silakan Menteri BUMN menunjuk BUMN yang ditugaskan sebagai distributor pangan itu asalkan BUMN yang perdagangan, bukan yang penanaman," terang Darmin.

Namun, menurutnya, pembicaraan itu belum final dan masih dimungkinkan munculnya skema lain untuk mengurai rantai distribusi tersebut. "Bahkan kami juga ingin melibatkan masyarakat, bukan BUMN saja. Tapi untuk itu masih harus dirapatkan lagi.

"Di kesempatan sama, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, untuk jalur rantai pasokan beras, pihaknya mengusulkan dipangkas menjadi empat titik. Dari petani ke Bulog, Bulog ke pasar, lalu ke konsumen.

"Ini kami rancang ke depan tidak hanya untuk beras, tapi juga pasokan pangan lainnya. Dengan masukan ini, mudah-mudahan ada kebijakan baru," ujar Amran. Pekan lalu BPS merilis pola distribusi perdagangan komoditas strategis pada 2015 ternyata melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan usaha perdagangan.

"BPS memberi masukan bahwa rantai perdagangan terlalu panjang. Mudah-mudahan segera ada perubahan tata niaga komoditas strategis karena pasti akan berpengaruh pada inflasi dan daya beli masyarakat," ungkapnya.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Juda Agung mengungkapkan selama ini yang sering menjadi faktor penggerak gejolak harga ialah administered prices dan volatile food. Untuk sekarang, tekanan administered prices sudah berkurang, tapi volatile food masih menjadi kunci sehingga sangat penting untuk mengendalikan hal tersebut. "Ini harus benar-benar dijaga jangan sampai ada inflasi karena sesuatu yang tidak seharusnya terjadi seperti Desember lalu. Kalau volatile dijaga, kita bisa jaga inflasi di 4% plus minus 1% hingga akhir tahun."


Kapal sapi

Kemarin, KM Camara Nusantara I tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan memboyong 299 ekor sapi dari peternak NTT. Dari 500 ekor sapi yang dibawa dari NTT, sebanyak 33 ekor diturunkan di Surabaya dan 167 ekor di Cirebon.

Menteri Amran menyatakan pihaknya dan peternak NTT telah memiliki kesepakatan untuk distribusi sapi setahun ke depan. "Kami sudah tanda tangan kontrak dengan NTT. Mereka menyediakan 60 ribu ekor, kami minta 30% saja untuk setahun ini," jelasnya. (Dro/Wan/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya