Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pasar modal Indonesia siap menghadapi segala ancaman yang terjadi, khususnya ancaman terorisme.
BEI meyakini infrastruktur di pasar modal Indonesia telah siap dan memastikan akan tetap berjalan karena telah memiliki sistem dan prosedur khusus dalam penanganan krisis.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BEI Tito Sulistio kepada media melalui konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta, Senin (18/1).
Namun, Tito mengakui, memang pelaku pasar modal sempat terkejut ketika serangan teroris terjadi di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1) lalu. Keterkejutan pemodal sempat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 1,78%.
Akan tetapi, lanjut Tito, setelah pihak Kepolisian Republik Indonesia bergerak dengan cepat dan mengamankan situasi keamanan di dalam negeri, level IHSG langsung mengalami penguatan dalam waktu cepat. Sehingga di akhir sesi penutupan perdagangan di hari tersebut, IHSG hanya terkoreksi 0,5% ke level 4.513,18 poin dan bahkan ditutup menguat ke level 4.523,98 poin (0,24%) pada perdagangan Jumat (15/1).
“Memang betul pada sekitar pukul 12.30 WIB (sebelum sesi kedua perdagangan BEI dimulai, ada penurunan BI rate 25 basis poin. Namun keberanian pemodal dalam bertransaksi memperlihatkan bahwa pemodal masih sangat percaya terhadap pasar modal Indonesia,” jelas Tito.
Selain itu, diapun menambahkan, terkoreksinya IHSG Senin (18/1) sebesar 1.14% ke 4.472,85 lebih disebabkan adanya fluktuasi pasar secara normal. "BEI telah memiliki Business Continuity Management (BCM), yakni sistem dan prosedur khusus dalam penanganan krisis, itu mengapa IHSG bisa bertahan."
Selain itu, BEI juga telah memiliki program pengembangan berkelanjutan untuk lebih menjamin dan meningkatkan kesiapan sistem perdagangan, dan ditambah dengan perekonomian Indonesia yang saat ini masih prospektif menjadi alasan pemodal masih sangat percaya untuk berinvestasi di dalam negeri.
Mayoritas kinerja keuangan Emiten di BEI yang masih sehat juga menjadi alasan investor untuk tetap berinvestasi di pasar modal Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2015, sebanyak 67,5% emiten mencatatkan laba atau jauh lebih baik daripada di periode krisis 1998 dengan 66,1% emiten mendapatkan kerugian.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya menambahkan, ketika IHSG terkoreksi karena kepanikan sesaat, beberapa pemodal justru melihat hal tersebut sebagai peluang untuk berinvestasi. “Pemodal yang jeli justru melakukan ambil posisi beli efek ketika ancaman terorisme terjadi."
Dengan keyakinan dari para pemodal dan bantuan masyarakat Indonesia, lanjut Alpino, maka perekonomian Indonesia akan semakin prospektif di masa depan. “Pasar modal Indonesia juga akan semakin diminati oleh pemodal di dalam dan luar negeri,” tandas Alpino. (Arv/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved