Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Pabrik Mini Tingkatkan Nilai Tambah Sawit

(Pra/E-3)
10/7/2019 02:40
Pabrik Mini Tingkatkan Nilai Tambah Sawit
Sejumlah petani lokal mengangkut hasil panen kelapa sawit kedalam truk untuk dibawa ke pabrik( ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

PEMBANGUNAN pabrik kelapa sawit (PKS) mini diyakini dapat menjadi solusi dari persoalan harga tandan buah segar (TBS) yang kerap berfluktuasi. Dengan PKS mini, petani tidak lagi sepenuhnya mengandalkan penjualan TBS.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Medali Emas Manurung mengatakan, dengan PKS mini petani sawit bisa mengolah TBS menjadi minyak goreng sehingga bisa menciptakan nilai tambah signifikan yang dapat mendorong kesejahteraan mereka.

Gulat melanjutkan pabrik tersebut bisa dibangun di setiap 50 hektare lahan. Dana yang dibutuhkan untuk membangun pabrik mini sekitar Rp300 juta. Saat ini, PKS mini percontohan telah beroperasi di Jambi dan akan segera menyusul di Riau.

"PKS mini di Jambi sudah mampu memproduksi minyak goreng. Kami minta izin untuk pengemasan dan dipasarkan ke daerah sekitar. Kami beri merek Apkasindo," ujar Gulat kepada Media Indonesia, kemarin.

Jika menjual TBS, petani plasma saat ini mendapatkan harga Rp1.250 per kilogram. Namun, jika TBS diolah menjadi minyak goreng, harga jualnya tentu lebih tinggi.

Pada kesempatan itu, Gulat juga mendesak pemerintah untuk menerapkan pungutan ekspor terhadap produk minyak sawit dan turunannya. Saat ini, dengan alasan harga minyak sawit yang terus melemah di tingkat global, pemerintah memutuskan untuk menangguhkan pungutan sejak November 2018.

"Akhirnya pengusaha ramai-ramai ekspor CPO saja. Tidak mau repot-repot, capai-capai, bikin produk jadi. Jual langsung, dapat duit," ujarnya.

Padahal, menurutnya, dengan diterapkannya dana pungutan, hasil ekspor bisa lebih bervariasi tentunya, dengan nilai jual yang lebih tinggi. Dengan begitu, devisa yang dihasilkan akan semakin besar sehingga yang merasakan manfaatnya ialah negara itu sendiri.

Jika pemerintah serius ingin mendorong kinerja ekspor, penerapan dana pungutan ekspor produk sawit, ucap Gulat, tentu menjadi salah satu cara untuk merealisasikan keinginan tersebut.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sar-djono mendesak pemerintah terus melobi India untuk menurunkan tarif bea impor produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya. (Pra/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik