Indonesia Dorong Reformasi WTO

Andhika Prasetyo
04/7/2019 02:00
Indonesia Dorong Reformasi WTO
Menteri ­Perdagangan Enggartiasto ­Lukita(MI/RAMDANI)

MENTERI ­Perdagangan Enggartiasto ­Lukita menegaskan ­Indonesia siap menjalin kerja sama untuk meningkatkan kinerja Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

“Pada prinsipnya, Indonesia siap bekerja sama dengan negara-negara lain untuk terus meningkatkan kinerja WTO,” kata Mendag di Jakarta,  Rabu (3/7).

Penegasan itu telah disampaikan Presiden Joko Widodo saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang dihelat pada 28-29 Juni 2019 di Osaka, Jepang.

Pada pertemuan tersebut, para pemimpin negara anggota G-20 sepakat untuk mengurangi ketegangan perdagangan global, bekerja sama secara konstruktif untuk melakukan reformasi WTO, dan memastikan kesetaraan dalam berkompetisi.

Presiden Jokowi secara khusus menyatakan kembali sikap Indonesia bahwa reformasi WTO penting segera dilaksanakan untuk mengatasi ketidakpastian dan dampak negatif dari perang dagang saat ini.

Seluruh negara juga harus berkomitmen untuk bekerja sama memperbaiki sistem perdagangan multilateral agar dapat memberikan manfaat bagi semua negara dan tetap relevan seiring dengan perkembangan zaman.

Mendag menyampaikan bahwa Indonesia telah memberikan ma-sukan kepada negara-negara G-20 mengenai langkah-langkah yang perlu segera dilakukan untuk mereformasi WTO.

“Reformasi WTO adalah hal yang sangat mendesak untuk dilakukan. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, dalam hal ini yang menjadi fokus dan prioritas Indonesia adalah mekanisme penyelesaian sengketa,” ujar Enggartisto.

Untuk mewujudkan hal itu, tentunya dibutuhkan komitmen dan kerja sama seluruh negara anggota.

“Sinergi harus dilakukan untuk memperbaiki sistem perdagangan multilateral supaya dapat memberi manfaat bagi semua negara dan tetap relevan seiring dengan perkembangan zaman,” tuturnya.

Sejumlah negara saat ini mulai mengedepankan hambatan nontarif untuk membentengi pasar dalam negeri mereka. Langkah itu dilakukan dengan menerapkan pemberlakuan standar kesehatan, keselamatan, dan lingkungan hidup yang terkadang mengada-ada sehingga menyulitkan negara lain untuk melakukan ekspor ke negara tersebut

Sayangnya, persoalan tersebut terkadang diabaikan WTO ­sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi negara-negara tertentu.

Perang dagang berlanjut
Di kesempatan terpisah, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan memperkirakan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok masih akan berlanjut. Hal itu tak lepas dari belum adanya kesepakatan yang membawa dampak positif.

Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada KTT G-20 yang lalu juga hanya mampu meredakan situasi perang dagang dalam jangka pendek.

“Melihat kondisi ini, saya memperkirakan dinamika perdagangan global masih terus berlanjut. Oleh sebab itu, pemerintah perlu terus berhati-hati dalam menyiasati perang dagang,” ujar Pingkan. (Try/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya