Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
RAPAT Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) atau tercatat sebagai emiten dengan kode PGAS memutuskan membagikan dividen sebesar Rp1,38 triliun atau Rp56,99 per saham. Angka itu naik 80% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sebesar Rp31 per saham.
Direktur utama PT PGN Gigih Prakoso, mengatakan perusahaan berhasil mempertahankan kinerja positif pada tahun lalu, baik dari sisi finansial maupun operasional. Karena itu, PGN selaku subholding gas terus berkomitmen memperkuat bisnis sektor gas di dalam negeri, sebagai langkah menapaki kompetisi di level lebih tinggi. RUPST juga menetapkan tambahan satu kursi direksi, yakni posisi Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis. Sebelumnya posisi ini sempat ada, tetapi kosong beberapa waktu lalu.
Posisi tersebut direaktivasi dan diisi Syahrial Mukhtar, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan di PT Pertamina (Persero). Sebelumnya, kata Gigih, pada 2017-2018, PGN sudah memiliki direkorat strategi dan pengembangan bisnis. Kini direktorat tersebut direaktivasi.
"Ada penambahan satu direktur baru, kalau ingat dulu PGN sudah punya direktorat itu, ini direaktivasi. Sekarang kami butuh karena sebagai subholding, kami harus tingkatkan strategi pengembangan gas di dalam negeri dan regional," kata Gigih, seusai RUPST di Jakarta, Jumat (26/4).
Baca juga: PGN Terus Kebut Pembangunan Jaringan Gas
Strategi dengan reaktivasi direktorat, lanjutnya, akan lebih fokus memperkenalkan luas penggunaan gas bumi bagi masyarakat menggantikan konsumsi LPG yang subsidinya besar. Selain itu, juga untuk menyetujui produk baru seperti LNG yang mereka coba perkenalkan di Jawa Timur dan Jawa Barat bersama dengan PLN.
"Fokus direktorat baru ini meningkatkan pengetahuan dan penggunaan produk-produk gas dan LNG untuk pasar domestik, juga pengembangan bisnis lainnya."
Saat ini PGN mempunyai lini bisnis pemipaan Gas, CNG, dan LNG. PGN hadir melalui produk, antara lain Sinergi yang menyasar segmen pelanggan industri dan komersial, Gas Kita untuk pelanggan rumah tangga, Gas Link untuk pengguna CNG atau LNG, serta GasKu yang melayani sektor transportasi.
Pada 2018, PGN mmencatatkan kinerja konsolidasi yang positif. Dari sisi pendapatan mencapai US$3,87 miliar, dengan EBITDA sebesar US$120 miliar. Total aset yang dikelola PGN mencapai US$7,94 miliar. Dari kinerja konsolidasi secara operasional, pada sisi hulu PGN menorehkan catatan lifting minyak dan gas bumi sebesar 39.213 BOEPD, sedangkan pengelolaan bisnis hilir meliputi niaga gas sebesar 962 BBTUD, transmisi gas sebanyak 2.101 MMSCFD, dan bisnis hilir lainnya 210 BBTUD.
Pada 2018, PGN secara konsolidasian menghasilkan laba operasi sebesar US$645 juta, yang meningkat jika dibandingkan pada 2017 yang sebesar US$515 juta. Hasil positif itu didorong peningkatan dari sisi pendapatan yang sebesar US$3,8 miliar, melejit dari posisi US$3,5 miliar pada periode sebelumnya. Alhasil, posisi keuangan PGN pun kian kuat. Laba bersih 2018 tercatat menembus angka US$305 juta, naik signifikan jika dibandingkan pada 2017 sebesar US$197 juta.
Namun, untuk gambaran laporan kinerja kuartal I/2019, ada sedikit penurunan dari sisi volume karena adanya gangguan pasokan gas dari Jawa Timur pada Januari dan Februari serta akibat dari maintenance oleh Conocophillips selama satu minggu.
"Sehingga dampaknya bagi volume gas kami di triwulan satu 2019 sangat besar. Kami akan coba me-recovery peningkatan volume pada triwulan selanjutnya. Sehingga agar di akhir 2019 target tetap bisa dicapai. Lebih lanjut laporan kinerja kuartal I 2019 masih disiapkan," jelas Gigih.
Jargas untuk Rumah Tangga
PGN juga menargetkan terbangun jaringan gas (jargas) sebanyak 4,7 juta sambungan rumah tangga (SR) yang ditargetkan selama 5 tahun ke depan hingga 2024. Saat ini proporsal strategi pencapaiannya sedang disiapkan untuk berkembang lebih kepada bisnis komersial.
"Sehingga ada strategi yang dikembangkan untuk melayani konsumen jargas yang perlu dibantu untuk tarif harga spesial. Nanti ada klaster-klaster untuk pengembangan jargas. Sampai hari ini yang 1,2 juta SR yang akan dilaksanakan dalam periode 2019-2020," papar Gigih.
Klaster tersebut, sambungnya, akan dibuat untuk mengklasifikasi skema harga yang dibebankan kepada konsumen yang mau menggunakan jargas. Menurut dia, untuk jargas komersial memang sudah ada pasarnya konsumen yang mau membayar.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi Dilo Seno Widagdo menjelaskan untuk target jangka pendek menengah, mereka akan membangun sebanyak 1,2 juta SR yang ditargetkan dalam dua tahun.
"Hari ini inventarisasi calon pelanggan sekitar 1,2 juta SR. Untuk 1 juta SR membutuhkan belanja modal sekitar Rp12 triliun," ujar Dilo.
Untuk itu, perusahaan bersama stakeholder lain akan ikut membangun jargas sehingga memiliki fungsi yang sifatnya pelayanan ke masyarakat.
"Dan juga memiliki keekonomian," jelas Dilo.
Proyek jangka pendek tersebut kini sedang dalam pembahasan, terutama untuk pembangunan porsi yang didukung dana APBN, dan pembentukan Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), serta pembentukan pendanaan lainnya. (Try/S2-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved