Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
KEPALA Ekonom dan Strategi Investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan politik bukan hal yang ditakuti karena kinerja pasar saham selalu meningkat pada tahun pemilu.
“Sebetulnya dari pengalaman yang lalu, pemilu itu bukan suatu faktor untuk ditakuti,” katanya dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, akhir pekan lalu.
Katarina mengatakan penyebab kinerja pasar saham yang naik di tahun pemilu ialah penyelenggaraan pemilu yang berjalan aman dan ekspektasi atas prog-ram ekonomi.
Ia menjelaskan kinerja pasar saham tiga bulan menjelang penyelenggaraan Pemilu 2004 tumbuh 18% dan tiga bulan se-telahnya tumbuh 19%. Kinerja pasar saham tiga bulan menjelang pelaksanaan Pemilu 2009 juga tumbuh 40% dan tiga bulan setelahnya tumbuh 21%.
Namun, kinerja pasar saham tiga bulan menjelang Pemilu 2014 hanya tumbuh 2% dan tiga bulan setelahnya justru turun 1% .
Meski demikian, ia meminta pelaku pasar tidak khawatir untuk berinvestasi, apalagi telah terbuka ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga setelah Bank Sentral AS (The Fed) menghentikan pengetatan kebijakan moneternya.
“Jadi, sebaiknya jangan takut, jangan khawatir, teruslah berinvestasi sesuai tujuan investasi dan profil risiko masing-masing,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Kata-rina menambahkan pergerakan rupiah saat berlangsungnya pemilu tidak terlalu stabil seperti bursa saham. Pada Pemilu 2004 dan 2014, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertekan karena kondisi ekonomi global yang diliputi ketidakpastian.
Pergerakan rupiah pada 2004 dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia yang tinggi dan memicu lonjakan inflasi hingga 17%. Adapun perlemahan rupiah pada 2014 terjadi karena The Fed baru menghentikan quantitative easing seusai periode taper tantrum.
Namun, penguatan rupiah terjadi pada 2009, dan kondisi serupa juga terjadi pada 2019, yang didukung membaiknya kondisi ekonomi makro.
“Kalau 2004 dan 2005 inflasi tinggi, sekarang inflasi juga sangat rendah, di bawah 3%. The Fed juga sekarang akomodatif karena menghentikan pengetatan moneter,” ujar Katarina.
Melemah tipis
Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (12/4) ditutup melemah tipis. IHSG BEI ditutup melemah sebesar 4,30 poin atau 0,39% menjadi 6.405,86. Adapun kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak naik 0,50 poin atau 0,05% menjadi 1.008,46.
“Pelaku pasar saham cenderung mengambil posisi wait and see menjelang pemilu sehingga pergerakan IHSG relatif mendatar dengan kecenderungan melemah,” ujar analis Indopremier Sekuritas, Mino. Pelaku pasar saham, tambah dia, mengharapkan pemenang pemilu ialah pasangan calon yang unggul di survei yang beredar agar tidak menimbulkan kekhawatiran.
“Kalau pasangan lain yang menang, kita harus meraba-raba lagi programnya,” kata Mino.
Berbeda dengan indeks, perge-rakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore menguat sebesar 42 poin ke posisi 14.093 per dolar AS. (Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved