Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
ORASI kebudayaan Faisal Basri di Jakarta, Kamis (11/4), yang meluruskan pernyataan sesat perihal perekonomian Indonesia telah dikuasai asing mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Pengamat ekonomi Rhenald Kasali memaparkan penguasaan investor asing di Indonesia relatif kecil jika dibanding dengan negara-negara tetangga.
"Kita harus punya perbandingan dengan negara-negara lain. Ternyata investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) di negara-negara tetangga jauh lebih besar. Indonesia hanya 5%, sedangkan di negara lain ada yang 20% bahkan 30%. Coba kita ke Singapura bagaimana porsi asingnya? Orang asing bisa beli rumah di sana," kata Rhenald, kemarin.
Rhenald memberi contoh gerai restoran cepat saji luar negeri yang kerap menjadi bahan olok-olok beberapa kalangan. Namun, itu masih kalah dengan jumlah pelaku usaha UMKM yang berjualan martabak.
Terkait investasi asing yang masuk ke Indonesia seperti di Morowali, lanjut Rhenald, di sana ada investasi dari perusahaan Tiongkok yang cukup besar. Akan tetapi, di sisi lain saat ini Indonesia sudah bisa menguasai apa yang menjadi milik bangsa.
Baca Juga: UE Khawatir Bersaing soal Sawit
"Kita melihat Freeport 51% sahamnya sudah milik kita. Blok Rokan dan Blok Mahakam juga sudah kita kuasai. Jadi, kita membutuhkan investasi asing, tetapi kita juga mulai bisa memiliki perusahaan asing yang ada di Indonesia," ujar Rhenald.
Rhenald menambahkan di era globalisasi memungkinkan investasi masuk ke Indonesia. "Ini era globalisasi, tetapi (investasi asing) tidak sebagaimana dikhawatirkan banyak orang."
Sebelumnya, Faisal Basri ketika menyampaikan Orasi Kebudayaan: Kampanye Ekonomi 2019 mengatakan tudingan Indonesia dikuasai asing tidak benar.
"Data menunjukkan kita jauh dari penguasaan asing. Peran asing relatif kecil dalam pembentukan PDB. Sepanjang sejarah kemerdekaan, ekonomi kita tidak pernah didominasi asing. Arus investasi asing langsung ke Indonesia rata-rata 5% setahun. Angka ini kecil ketimbang Malaysia dan Filipina, yang peran modal asingnya berkali lipat lebih besar," ujar Faisal (Media Indonesia, 12/4).
Ekonomi efisien
Pengamat ekonomi UGM, Denny Puspa Purbasari, sependapat dengan Rhenald. Denny menilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi membutuhkan investasi. Investor asing tertarik menanam kan modal mereka ke Indonesia karena negeri ini menarik.
"Makanya pemerintah membenahi infrastruktur, SDM, dan regulasi ataupun iklim berusaha. Tujuannya mengefisienkan ekonomi dan membuat Indonesia menarik untuk investasi," ungkap Denny.
"Untuk membiayai pembangunan tidak cukup kalau hanya mengandalkan tabungan domestik. Indonesia perlu modal asing, baik portofolio maupun investasi asing langsung. Sikap antiasing tidak kompatibel dengan keinginan untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi," tandas Denny.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, menyatakan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia tergolong sangat baik.
"Aliran dana ke pasar saham Rp3,8 triliun. Pembelian SBN oleh investor asing mencapai Rp1,2 triliun. Tahun lalu aliran modal masuk untuk SBN sebesar Rp34,5 triliun. Derasnya aliran modal asing menunjukkan kepercayaan investor. Persepsi investor positif karena inflasi kita terkendali. Defisit anggaran juga sangat prudent," kata Mirza di Gedung Bank Sentral, kemarin. (Dio/Ata/Nur/X-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved