Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PENELITI Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan pemerintah perlu mereformasi struktural upaya menggaet investasi, khususnya investasi asing langsung (foreign direct investment) bukan sekadar portofolio atau surat utang.
Menurut dia, ditetapkannya Indonesia pada level BBB/outlook stabil (investment grade) oleh lembaga pemeringkat internasional, Fitch Rating, Kamis (14/3), memang bisa menjadi salah satu faktor penarik investasi.
"(Peringkat tersebut) mungkin (berpengaruh untuk) investasi portofolionya meningkat. Itu terlihat dari IHSG naik 1,22% sepekan terakhir. Namun, untuk (menarik) FDI tidak cukup credit rating stabil, (melainkan juga) butuh reformasi struktural," kata Bhima kepada Media Indonesia, Sabtu (16/3).
Reformasi yang perlu dilakukan oleh pemerintah, kata Bhima, ialah reformasi perizinan, khususnya integrasi online single submission (OSS) dengan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di daerah. Kemudian, evaluasi efektivitas insentif fiskal ke investasi sektor manufaktur. "Ketiga, revitalisasi kawasan industri, khususnya di luar Jawa dengan partisipasi pemda. Keempat, percepatan infrastruktur industri, salah satunya jalan, pelabuhan dan pembangkit listrik," tambahnya.
Baca Juga: Paket Kebijakan Ekonomi Ke-13 Berisi E-Commerce dan Perumahan
Sebagai informasi, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings (Fitch), kembali mengafirmasi peringkat sovereign credit rating Indonesia pada level BBB/outlook stabil (investment grade) pada Kamis (14/3). Pada 2 September 2018, lembaga itu telah menempatkan peringkat Indonesia pada level yang sama.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap peringkat tersebut akan memunculkan kepercayaan yang semakin besar dari para investor kepada Indonesia. "Kita berharap growth di bidang investasi dan growth secara umum akan tetap naik," pungkasnya. (Nur/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved